Laporan Mikrobiologi
PEWARNAAN MIKROBA
(Pewarnaan Gram dan Pewarnaan Spora)
Pendahuluan
Mikroorganisme
yang berada di alam mempunyai morfologi, struktur, maupun sifat-sifat yang
khas, salah satunya bakteri. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan
terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan
jelas dalam hal ukuran, bentuk, susunan, dan keadaan struktur internal dan
butiran. Sel-sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola / elips, batang
(silindris), maupun spiral atau heliks (Pelczar dan Chan 2007). Melihat dan
mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena bakteri tidak
berwarna dan juga sangat kecil. Hal tersebut dapat diatasi dengan teknik
pewarnaan mikroba sehingga sel bakteri dapat diamati dengan mudah dan jelas.
Pengamatan
morfologi sel meliputi uji pewarnaan Gram, pewarnaan spora, bentuk sel dan uji
pergerakan bakteri atau motilitas (Hadioetomo 1993). Percobaan kali ini
menggunakan uji pewarnaan Gram dan pewarnaan spora. Pewarnaan Gram ialah
perbedaan reaksi pewarnaan berdasarkan komposisi dinding sel bakteri (Hadioetomo
1993). Pewarnaan spora ialah pewarnaan yang bertujuan untuk menguji keberadaan spora
pada bakteri yang berbeda berdasarkan kekuatan spora mengikat senyawa pewarna.
Endospora adalah organisme yan dibentuk dalam kondisi yang stres karena kurang
nutrisi, yang memiliki kemungkinan untuk tetap berlanjut di lingkungan sampai
kondisi menjadi baik (Pelczar dan Chan 2007).
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan ialah pembakar spirtus, bak pewarna, kertas serap,
preparat, korek api, lap atau tissue, jarum ose, penangas air, dan mikroskop.
Bahan yang digunakan ialah
alkohol 70%, akuades, suspensi bakteri ecolli
dan bacillus, kristal violet (Gram
A), kalium iodida (Gram B), alkohol (Gram C), safranin (Gram D), dan malacite green.
Prosedur
Pewarnaan Gram. Tahap
pertama, meja percobaan, tangan, dan preparat dibersihkan dengan alkohol. Tahap
dua, preparat dikibaskan di pembakar spirtus sekilas saja, kemudian ose
dipanaskan atau di sterilisasi dan preparat diolesi suspensi bakteri bacillus dan ecolli. Tahap tiga, olesan bakteri diteteskan larutan Gram A
sebanyak 2-3 tetes dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian setelah 1 menit
dicuci dengan akuades dan dikeringkan dengan kertas isap. Tahap empat, olesan
bakteri diteteskan larutan Gram B sebanyak 2-3 tetes dan dibiarkan selama 1
menit, kemudian dicuci dengan akuades dan dikeringkan. Tahap lima, olesan
bakteri diteteskan larutan Gram C dan dibiarkan selama 30 detik, kemudian
dicuci dengan akuades dan dikeringkan. Tahap enam, olesan bakteri diteteskan
larutan Gram D dan dibiarkan selama 30 detik, kemudian dicuci dengan akuades
dan dikeringkan dengan kertas isap. Tahap akhir, olesan bakteri diamati di
bawah mikroskop.
Pewarnaan
Spora. Tahap pertama, meja percobaan, tangan,
dan preparat dibersihkan dengan alkohol. Tahap dua, disiapkan dua preparat
untuk bakteri bacillus (preparat 1) dan
ecolli (preparat 2), kemudian
preparat satu dioleskan bakteri bacillus dan preparat dua dioleskan bakteri
ecolli. Tahap tiga, olesan bakteri digenangi dengan malacite green diatas penangas air selama 2-3 menit, kemudian
didinginkan dan dialiri dengan akuades. Tahap empat, olesan bakteri digenangi
dengan safranin selama 30 detik, setelah itu dibilas dengan akuades dan
dikeringkan dengan kertas isap. Tahap akhir, olesan bakteri diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 1000 kali yang sebelumnya preparat berisi olesan
bakteri diteteskan minyak inersi.
Hasil Pengamatan
Tabel 1 Hasil Pewarnaan Gram
Jenis
Bakteri
|
Pewarnaan
Gram
|
Warna
dan Bentuk Bakteri
|
Bacillus
|
|
Berwarna
ungu dan berbentuk tidak beraturan.
|
Ecolli
|
|
Berwarna
merah dan berbentuk kokus.
|
Tabel 2 Hasil Pewarnaan Spora
Jenis
Bakteri
|
Pewarnaan
Spora
|
Warna
Bakteri dan berspora
|
Bacillus
|
|
Warna
hijau (bukan spora atau tidak berspora)
|
Ecolli
|
|
Berwarna
merah (tidak berspora)
|
Pembahasan
Percobaan kali ini dengan metode pewarnaan
Gram dan pewarnaan spora masing-masing memiliki kelebihan. Kelebihan dari
metode pewarnaan Gram ialah dapat digunakan untuk mengetahui mofologi,
struktur, dan karakteristik bakteri. Selain itu dapat mengidentifikasi penyakit
infeksi. Kekurangannya ialah memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak dan
suspensi bakteri atau sampel harus dalam bentuk cairan. Pewarnaan Gram
menggunakan empat jenis reagen. Reagen pertama (kristal violet dan KI) disebut
warna dasar atau warna primer yang akan mewarnai dengan jelas. Reagen kedua
(alkohol) disebut bahan pencuci warna. Warna dasar tercuci atau tidaknya
tergantung pada komposisi dinding sel masing-masing bakteri, bila dinding sel
kuat mengikat warna dasar maka warna dasar tidak akan hilang, sebaliknya jika
dinding sel tidak kuat mengikat warna dasar maka saat pencucian warna dasar
akan hilang. Reagen terakhir (safranin) disebut pembanding, bila warna dasar
tidak hilang maka yang tampak terlihat ialah warna dasar sedangkan bila warna
dasar hilang maka yang terlihat ialah warna dari safranin tersebut. Kelebihan
dari metode pewarnaan spora ialah dapat mengetahui bakteri yang memiliki spora
yang ditandai dengan dihasilkannya warna hijau pada endospora (Hadioetomo
1993).
Hasil dari
pewarnaan Gram ialah menghasilkan bakteri bacillus
berwarna ungu (gram positif) dan bakteri ecolli
berwarna merah (gram negatif). Hal ini karena dinding sel bakteri gram negatif
terdiri dari 5-20% peptidoglikan dan selebihnya adalah polisakarida, sedangkan
dinding sel bakteri gram positif mengandung 90% peptidoglikan dan selebihnya
adalah asam teikoat. Sel bakteri gram positif terlihat berwarna ungu karena dapat
membentuk ikatan komplek denga pewarna pertama yaitu komplek kristal violet.
Sel bakteri gram negatif pada pemberian larutan alkohol 95% dapat meningkatkan
porositas dinding sel dengan melarutkan lipid pada membran luar sehingga
komplek kristal violet akan terlepas dan sel menjadi tidak berwarna.
Selanjutnya sel akan berwarna merah karena terwarnai oleh warna pembanding
yaitu safranin (Hadioetomo 1993).
Selain itu,
setelah diamati di bawah mikroskop terlihat bahwa bakteri ecolli berbentuk kokus. Seharusnya bakteri bacillus berbentuk basil, akan tetapi bentuk dari bakteri bacillus tidak dapat diamati karena
tidak dapat ditemukan oleh mikroskop. Hal ini mungkin karena warna dasar yang
didapat dari pewarnaan Gram kurang jelas sehingga saat diamati di bawah mikroskop
tidak terlihat bentuknya hanya terlihat warna dari bakteri bacillus.
Spora bakteri
adalah bentuk bakteri dalam mempertahankan diri dari pengaruh lingkungan luar
(Fardiaz 1992). Hasil dari pewarnaan spora ialah menghasilkan bakteri ecolli tidak berwarna hijau akan tetapi
berwarna merah (tidak berspora). Hal ini karena bakteri yang tidak memiliki
spora cenderung tidak tahan terhadap pengecatan karena hanya memiliki sel
vegetatif. Saat diwarnai dengan malacite, sel vegetatif akan mampu berikatan
dengan pewarna tersebut tetapi dapat dilunturkan setelah dilakukan pencucian
karena tidak berikatan kuat dengan pewarna malacite
gree. Setelah dilakukan pangecatan dengan safranin, sel vegetatif akan
berikatan dengan pewarna safranin sehingga warna yang dihasilkan ketika diamati
menunjukkan warna merah (Pratita dan Putra 2012)
Sedangkan hasil
dari pewarnaan spora seharusnya menghasilkan bakteri bacillus berwarna hijau (berspora). Saat pengamatan ditemukan warna
hijau oleh mikroskop, akan tetapi itu bukan spora melainkan warna dari malacite
green yang melekat pada preparat yang masih belum tercuci karena pecucian yang
kurang bersih. Seharusnya bakteri bacillus
berwarna hijau karena bakteri yang menghasilkan spora akan mengikat kuat
senyawa pewarna (malacite green) dan
ketika dilakukan pewarnaan selanjutnya menggunakan safranin, sel spora tidak
dapat berikatan dengan pewarna lain karena sudah berikatan dengan malacite green (Pratita dan Putra 2012).
Hal ini karena spora memiliki selubung yang keras dan tebal (Sunatmo 2007).
Selain itu, kemungkinan disebabkan karena
sel bakteri sudah tua maka sel vegetatif akan pecah sehingga endospora akan
terlepas menjadi spora bebas. Spora akan lebih tahan lama dalam keadaan yang
ekstrim, misalnya dalam keadaan kering, panas atau adanya bahan kimia yang
beracun (Agustina, Yulvizar, dan Nursanty 2013).
Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan pewarnaan Gram
dihasilkan bakteri ecolli termasuk
bakteri gram negatif karena menghasilkan warna merah dan berbentuk kokus, sedangkan
bakteri bacillus tidak dapat diamati.
Seharusnya bacillus termasuk bakteri
gram positif yang akan menghasilkan warna merah dan berbentuk basil. Hasil
percobaan pewarnaan spora dihasilkan bakteri ecolli berwarna merah, ini berarti ecolli tidak memiliki spora.
Sedangkan pada bacillus dihasilkan warna
hijau namun warna tersebut bukan spora melainkan warna malacite green, seharusnya bacillus
memiliki spora.
Daftar Pustaka
Agustina
D, Yulvizar C, dan Nursanty R. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri pada
Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) Asin
Berkitosan. Jurnal Biospecies
6(1):15-19. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah
Kuala. Banda Aceh.
Fardiaz
S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hadioetomo
RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam
Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Pelczar
M.J. dan E.C.S. Chan. 2007. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Pratita
MYE dan Putra SR. 2012. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Termofilik dari Sumber
Mata Air Panas di Songgoriti Setelah Dua Hari Inkubasi. Jurnal Teknik Pomits 1(1):1-5. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya.
Sunatmo
TI. 2007. Eksperimen Mikrobiologi dalam
Laboratorium. Bogor: Ardy Agency.
Comments
Post a Comment