Laporan Biokimia
UJI KETENGIKAN, SALKOWSKI, DAN LIEBERMAN BUCHARD UNTUK
KOLESTEROL
Pendahuluan
Kolesterol adalah salah
satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas dan ester dengan asam lemak.
Lemak yang dimakan terdiri atas kolesterol lemak jenuh dan lemak tidak jenuh.
Karbohidrat dan lemak tersebut di dalam tubuh akan diproses menjadi suatu senyawa yang disebut asetil koenzim A. Bahan
ini akan membentuk beberapa zat penting seperti asam lemak, trigliserida,
fosfolipid dan kolesterol, sehingga bila tubuh terlalu banyak asupan makanan
yakni melebihi kebutuhan maka jumlah trigliserida dan kolesterol akan meningkat.
Hal tersebut akan membuat endapan / kristal lempengan yang akan mempersempit / menyumbat
pembuluh darah (Dalimartha 2001). Oleh sebab itulah diperlukan pengujian
kolesterol pada lipid untuk mengetahui keberadaan kolesterol, sehingga dapat
mencegah meningkatnya kolesterol dalam tubuh yang terdapat di dalam makanan
yang dikonsumsi.
Fungsi dari kolesterol
ialah sebagai pelindung otak, 11 % dari berat otak ialah kolesterol; bersama
zat gizi lainnya kolesterol dan sinar matahari membentuk vitamin D; merupakan
zat esensial untuk membran sel; merupakan bahan pokok untuk pembuatan garam
empedu yang diperlukan untuk pencernaan makanan; bahan baku pembentukan hormon
steroid, misalnya progesterone dan estrogen pada wanita, testosteron pada
laki-laki (Kasim dkk 2006). Struktur kolesterol sebagai berikut:
Gambar 1 Struktur Kolesterol
(Dalimartha 2001)
Selain uji kolesterol,
dilakukan juga uji ketengikan pada lipid. Ketengikan disebabkan oleh adanya
serangan oksigen pada lemak tidak jenuh
yang menyebabkan terjadinya oksidasi lemak yang mengahsilkan bau tengik. Proses ketengikan ini dapat dihambat dengan
memberi antioksidan (Dotulong 2009). Pengujian ketengikan pada lipid ialah untuk
mengetahui ketengikan suatu bahan yang akan dikonsumsi atau bahan makanan,
sehingga dapat membedakan makanan yang layak dimakan atau tidak.
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan adalah erlenmeyer tertutup, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
pipet tetes, pipet mohr, gelas piala, bulb hitam dan merah, bunsen, kaki tiga,
kasa, penjepit, dan sudip.
Bahan yang digunakan adalah
HCl, minyak kelapa, minyak kelapa tengik, lemak hewan, mentega, margarin,
floroglusinol, kertas saring, CaCO3, larutan kolesterol dalam
kloroform, asam sulfat pekat, dan asam asetat pekat.
Metode
Uji
Ketengikan. Bahan uji (minyak kelapa, minyak kelapa
tengik, lemak hewan, mentega, margarin) sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam
erlenmeyer, kemudian ditambahkan HCl pekat sebanyak 5 ml. Selanjutnya,
disediakan kertas saring, kemudian dicelupkan dalam floroglusinol. Setelah itu,
ke dalam erlenmeyer dimasukkan serbuk CaCO3, kemudian erlenmeyer
ditutup dan kertas saring dibiarkan tergantung dalam erlenmeyer. Proses reaksi
dibiarkan selama 10-20 menit, kemudian diamati perubahan warna pada kertas
saring. Bila berwarna merah, berarti bahan uji tengik.
Uji
Salkowski Untuk Kolesterol. Larutan kolesterol dalam kloroform
sebanyak 3 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan asam
sulfat pekat sebanyak 3 ml. Selanjutnya, larutan dikocok dan dibiarkan sampai
lapisan terpisah. Setelah itu, diamati warna yang terjadi. Bila berwarna merah,
berarti bahan uji mengandung kolesterol.
Uji
Lieberman Buchard Untuk Kolesterol. Larutan kolesterol
dalam kloroform sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 3 tetes asam asetat pekat. Selanjutnya, ditambahkan asam sulfat
pekat tetes demi tetes sampai larutan berwarna hijau (dihitung berapa tetes).
Setelah itu, dikocok dan dibiarkan beberapa menit.
Hasil
Pengamatan
Hasil pengujian uji
kualitatif minyak atau lipid pada berbagai macam bahan uji dan pelarut sebagai
berikut:
Tabel 1 Hasil Uji Ketengikan
Bahan Uji
|
Warna
Kertas
|
Hasil
Pengamatan (+/-)
|
Minyak
Kelapa
|
Merah
Muda (+)
|
+
|
Minyak
Kelapa Tengik
|
Merah
Muda (++)
|
+
|
Lemak
Hewan
|
Merah
Muda (++)
|
+
|
Mentega
|
Merah
Muda (+)
|
+
|
Margarin
|
Merah
Muda (+++)
|
+
|
Keterangan : (+) warna kertas saring merah muda /
tengik (-) warna kertas saring putih
/ tidak tengik
Gambar 2 Hasil Uji Ketengikan pada
Bahan Uji (a) minyak kelapa (b) minyak kelapa tengik (c) lemak hewan (d)
mentega (e) margarin
Tabel 2 Hasil Uji Kolesterol
Nama
Uji
|
Hasil
Pengamatan (+/-)
|
Perubahan
Warna Larutan
|
Uji Salkowski
|
+
|
Bagian
asam berwarna kuning dengan flouresensi berwarna hijau, bagian kloroform
berwarna merah.
|
Uji Lieberman Buchard
|
+ (50 tetes)
|
Tak
berwarna - hijau
|
Keterangan : Uji Salkowski (+) warna merah / ada kolesterol
(-) tidak terbentuk warna merah
Uji Lieberman Buchard (+) warna
hijau / ada kolesterol (-) tidak terbentuk warna hijau
Gambar 3 Hasil Uji Kolesterol pada
uji (a) Lieberman Buchard (b) Salkowski
Pembahasan
Uji
Ketengikan. Prinsip uji ketengikan ialah warna merah muda menunjukkan
bahwa bahan tersebut tengik. Warna merah muda dihasilkan dari reaksi antara
floroglusinol dengan molekul oksigen yang mengoksidasi lemak/minyak tersebut
(Winarno 1973). Hasil percobaan menunjukkan semua bahan uji tengik, ditandai
dengan timbulnya warna merah muda pada kertas saring. Hasil percobaan sesuai
dengan yang seharusnya, hal ini karena semua bahan uji termasuk asam lemak
dilihat dari komposisinya. Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida dengan
tiga molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan
4% trigliserida dengan asam lemak jenuh (Ketaren 1986). Margarin tersusun dari
asam lemak nabati (tak jenuh) yaitu asam linoleat dan linolenat. Mentega
tersusun dari asam lemak hewani (jenuh) yaitu asam stearat, asam palmitat, dan
asam oleat. Lemak hewan termasuk dalam asam lemak tak jenuh karena memiliki
struktur asam oleat yang mempunyai ikatan rangkap dua (Wildan 1997). Ketengikan
pada kebanyakan lemak atau minyak menunjukkan bahwa kebanyakan golongan
trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh oksigen dalam udara bebas. Hasil
percobaan menunjukkan margarin yang paling tengik, hal ini karena margarin
termasuk asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh lebih mudah bereaksi dengan
molekul oksigen dalam udara, sehingga memutuskan ikatan gandanya menjadi ikatan
tunggal. Hal ini menyebabkan minyak mengalami ketengikan. Fungsi floroglusinol
sebagai penampak bercak. HCl berfungsi menyumbangkan
ion-ion hidrogennya yang dapat memecah unsur lemak sehingga terbentuk lemak
radikal bebas dan hidrogen radikal bebas. Kedua bentuk radikal ini bersifat
sangat reaktif dan pada tahap akhir oksidasi akan dihasilkan peroksida. Faktor
yang mempengaruhi ketengikan ialah ketengikan oleh oksidasi, ketengikan oleh
enzim, dan ketengikan oleh proses hidrolisa. Ketengikan oleh oksidasi,
disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak.
Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas,
peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co, dan
Mn, logam porfirin seperti hematin,
hemoglobin, mioglobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase. Ketengikan
oleh enzim, enzim peroksida dapat mengoksidasi asam lemak tidak jenuh sehingga
terbentuk peroksida, disamping itu enzim peroksida dapat mengoksidasi asam
lemak jenuh pada ikatan karbon atom β, sehingga membentuk asam keton dan
akhirnya metil keton. Ketengikan oleh proses hidrolisa, minyak atau lemak akan
diubah menjadi bermacam-macam asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa
yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak ini terjadi karena adanya
kandungan air dalam minyak atau lemak, yang pada akhirnya menyebabkan
ketengikan dengan perubahan rasa dan bau pada minyak tersebut (Ketaren 1986).
Berikut reaksi uji ketengikan:
Gambar 4 Reaksi Uji Ketengikan
(Winarno 1992)
Uji
Kolesterol. Prinsip uji Salkowski ialah apabila sterol dengan konfigurasi
tidak jenuh di dalam molekulnya direaksikan dengan asam kuat dalam kondisi
bebas air, maka akan memberikan warna karakteristik (Poedjiadi 1994). Prinsip uji Lieberman Buchard ialah
kolesterol dengan asam asetat anhidrida dan asam sulfat pekat membentuk warna
hijau kecoklatan. Absorben warna ini sebanding dengan kolestrol dalam sampel (Poedjiadi 1994). Hasil percobaan uji Salkowski menunjukkan bahan uji
terdapat kolesterol, ditandai dengan terbentuknya warna merah. Hasil percobaan
uji Lieberman Buchard menunjukkan bahan uji terdapat kolesterol, ditandai
dengan terbentuknya warna hijau yang sesuai dengan prinsip ujinya. Perekasi Lieberman
Buchard merupakan campuran antara asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat.
Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil
dari steroid yang akan membentuk turunan asetil di dalam kloroform. Fungsi
dari penambahan asam sulfat pekat pada uji Salkowski dan Lieberman Buchard
ialah membentuk kompleks warna. Fungsi kloroform anhidrat pada uji Salkowski
ialah melarutkan kolesterol (Lehninger 1988). Apabila pada pengujian Lieberman
Buchard asam asetat anhidrat diganti dengan asam asetat pekat maka akan
didapatkan hasil yang sama atau penggantian asam asetat anhidrat dengan asam
asetat pekat tidak berpengaruh terhadap hasil. Mekanismenya ialah ketika
asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul
air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi
membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang
mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan
hasil yang positif. Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan
warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya
menjadi hijau tua (Poedjiadi 1994). Uji
kolesterol selain kedua uji di atas ialah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik (untuk
mengidentifikasi keberadaan kolesterol pada suatu bahan makanan); dengan alat fotometri
yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur kadar kolesterol secara kuantitatif
(Notoatmodjo 2005); metode enzimatis kolorimetri (GPO-PAP), sebelum dilakukan
pemeriksaan biasanya penderita disuruh berpuasa 10 sampai 12 jam sebelumnya, dengan
metode ini trigliserida akan dihidrolisa secara enzimatis menjadi gliserol dan
asam bebas, dengan lipase khusus akan membentuk kompleks warna yang dapat
diukur kadarnya menggunakan spektrofotometer; serta kolesterol dapat dideteksi
dan ditentukan kuantitasnya dengan menggunakan metode HPLC-UV, metode KCKT, dan
Gas Chromatografi (Wirawan 2002). Kolesterol mengalami reaksi
adisi pada ikatan rangkapnya. Adisi
dengan hidrogen membentuk dihidrokolesterol, dan dengan halogen membentuk
kolesterol dihalida. Adapun reaksi adisi tersebut sebagai berikut :
Gambar 5 Reaksi Adisi Kolesterol (Poedjiadi
1994)
Reaksi
pembentukan warna hijau antara kolesterol dengan reagen
Lieberman Buchard ialah :
Gambar 6 Reaksi Uji Lieberman
Buchard (Lawrie 1995)
Simpulan
Hasil percobaan uji ketengikan
menunjukkan semua bahan uji tengik, ditandai dengan timbulnya warna merah muda
pada kertas saring. Hal ini membuktikan bahwa asam lemak dapat teroksidasi oleh
oksigen dalam udara bebas sehingga tengik. Terutama untuk asam lemak tak jenuh
yang sangat mudah teroksidasi. Hasil percobaan uji Salkowski dan Lieberman
Buchard menunjukkan bahan uji terdapat kolesterol, ditandai dengan terbentuknya
warna merah (uji Salkowski) dan warna hijau (uji Lieberman Buchard) yang sesuai
dengan prinsip ujinya.
Daftar Pustaka
Dalimartha S.
2001. 36 Resep Tumbuhan Untuk Menurunkan Kolesterol. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Dotulong V.
2009. Studi Oksidasi Lipid Ikan Tembang (Sardinella
fuinbriata) Pindang yang Diberi Larutan Kunyit (Curcuma domestica Val). Jurnal
WIPTEK 1(34):1-4 ISSN 0854-0667. FPIK UNSRAT. Manado.
Kasim E, Y.
Kurniawati, dan N. Nurhidayat. 2006. Pemanfaatan Isolat Lokal Monascus purpureus untuk Menurunkan
Kolesterol Darah pada Tikus Putih Galur Sprague
Dawley. Jurnal Biodiversitas
7(2):123-126 ISSN 1412-033X. Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bogor.
Ketaren. 1986. Pengantar
Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:Universitas Indonesia press.
Lawrie RA. 1995. Ilmu Daging. Jakarta : UI Press.
Lehninger A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Maggy
Thenawidjaya, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Notoatmojo S.
2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Poedjiadi,
A. 1994. Dasar-dasar Biokimia.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Wildan F. 1997.
Perbandingan Komposisi Asam Lemak Rantai Panjang dari Lemak Hewani dan Lemak
Nabati. Jurnal Lokakarya Fungsional 20(3):157-164. Balai Penelitian Ternak
Ciawi. Bogor.
Winarno F.G.
1973. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Winarno F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Wirawan R.
2002. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Sederhana. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jangan lupa komentar dan sarannya setelah membaca ^^
ReplyDeleteAnda dapat memberikan komentar dan saran berupa perkataan atau dengan memberikan point emoticon seperti ini :):):)
Tiga emoticon tersebut menandakan penilaian sangat bagus untuk penulisan laporan tersebut ^^
Jika ada koreksi dari penulisan laporan yang saya buat, silahkan berikan komentar di blog ini. Terimakasih sudah mengunjungi blog ini ^^