Laporan Biokimia
UJI KELARUTAN AKROLEIN DAN KETIDAKJENUHAN
Pendahuluan
Lemak merupakan
suatu senyawa biomolekul,
mempunyai sifat umum larut dalam pelarut-pelarut organik seperti eter, kloroform dan benzen, tetapi tidak larut dalam air. Senyawa ini merupakan ikatan ester antara asam lemak dan gliserol (Edwar dkk 2011). Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid
dalam tiga golongan besar yakni: (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak
dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes);
(2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya
fosfolipid, serebrosida; (3) derivate lipid,
yaitu senyawa yang dihasilkan oleh hasil hidrolisis lipid, contohnya asam
lemak, gliserol dan sterol. Di samping itu berdasarkan sifat kimia yang
penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid yang
dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa contohnya lemak, dan
lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid (poedjiadi 1994).
Lemak digolongkan berdasarkan
kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak
jenuh dan tak jenuh Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam
lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak
babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak
tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini
dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus
sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati et al 2007).
Gliserol ialah
suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap atom
karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau
tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida,
digliserida atau trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga
molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida. R1-COOH,
R2-COOH dan R3-COOH ialah molekul asam lemak yang terikat
pada gliserol. Ketiga molekul asam lemak itu boleh sama, boleh berbeda
(Poedjiadi, 1994).
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan ialah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, pipet
mohr, gelas piala, bulb hitam dan merah, bunsen, kaki tiga, kasa, penjepit, dan
sudip.
Bahan yang digunakan ialah n-heksana,
air, kloroform, alkohol panas, alkohol dingin, alkali (NaOH), asam encer,
minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak kelapa yang tengik, blue band, lemak hewan, mentega,
margarin, gliserol, asam palmitat, asam stearat, kristal KHSO4,
pati, kloroform, dan pereaksi Jod Hubl.
Metode
Uji Kelarutan. Pelarut (n-heksana, air,
kloroform, alkohol panas, alkohol dingin, alkali (NaOH), asam encer, minyak
kelapa sawit) sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering. Setelah itu, pelarut ditambahkan 1 ml bahan percobaan (minyak kelapa,
lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam palmitat, asam stearat).
Kemudian dikocok kuat dan diamati kelarutannya.
Uji Akrolein. Sedikit kristal KHSO4
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering, kemudian ditambahkan
3-4 tetes bahan percobaan (minyak kelapa, lemak hewan, gliserol, asam palmitat,
asam stearat, pati). Setelah itu, larutan dipanaskan kemudian diperhatikan bau
akrolein yang berupa asap putih dan dibandingkan dengan bau SO2 yang
terbang dari karbohidrat yang dipanaskan.
Uji
Ketidakjenuhan. Bahan percobaan (minyak kelapa, minyak kelapa tengik, lemak
hewan, mentega, blue band, gliserol,
asam palmitat, asam stearat) sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang bersih dan kering, kemudian ditambahkan 1 ml kloroform. Setelah itu,
larutan dikocok kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi Jod Hubl sambil dikocok.
Selanjutnya, diamati perubahan yang terjadi.
Hasil
Pengamatan
Hasil pengujian
kelarutan minyak atau lipid pada berbagai macam pelarut sebagai berikut:
Tabel
1 Hasil Uji Kelarutan
Bahan
Uji
|
Pelarut
|
||||||
Air
|
n-heksana
|
Kloroform
|
Alk.
Panas
|
Alk. Dingin
|
Alkali
|
Asam Encer
|
|
Minyak
Kelapa
|
-
|
++
|
++
|
+
|
-
|
++
|
-
|
Lemak
Hewan
|
+
|
-
|
++
|
-
|
+
|
+
|
-
|
Mentega
|
-
|
++
|
++
|
+
|
-
|
-
|
-
|
Margarin
|
-
|
++
|
++
|
+
|
-
|
++
|
-
|
Gliserol
|
++
|
-
|
++
|
++
|
++
|
++
|
++
|
Asam
Palmitat
|
-
|
++
|
++
|
++
|
+
|
+
|
-
|
Asam
Stearat
|
-
|
+
|
++
|
+
|
-
|
+
|
-
|
Minyak
Kelapa Sawit
|
-
|
++
|
+
|
+
|
+
|
++
|
-
|
Keterangan: (++) larut sempurna (+)
larut sebagian (-) tidak larut
Gambar 1 Hasil Uji Kelarutan Asam
Stearat pada Pelarut (a) Air (b) n-heksana (c)
kloroform (d) alkohol panas (e) alkohol dingin (f) alkali (g) asam encer
Hasil pengujian
terbentuk atau tidaknya akrolein pada berbagai macam bahan uji sebagai berikut:
Tabel
2 Hasil Uji Akrolein
Bahan
Uji
|
Hasil Pengamatan (+/-)
|
Keterangan
|
Minyak
Kelapa
|
+
|
Bau gosong, tengik
|
Lemak
Hewan
|
+
|
Bau gosong, tengik
|
Gliserol
|
+
|
Bau gosong, tengik
|
Asam
Palmitat
|
-
|
Bau plastik gosong
|
Asam
Stearat
|
-
|
Bau plastik gosong
|
Pati
|
-
|
Bau roti gosong
|
Keterangan: (+) terbentuk akrolein (-)
tidak terbentuk akrolein
Gambar 2 Hasil Uji Akrolein pada (a)
minyak kelapa (b) lemak hewan (c) gliserol
(d) asam palmitat (e) asam stearat (f) pati
Hasil pengujian
ketidakjenuhan pada berbagai macam bahan uji sebagai berikut:
Tabel
3 Hasil Uji Ketidakjenuhan
Bahan
Uji
|
Hasil
Pengamatan (+/-)
|
Perubahan
Warna Larutan
|
Minyak
Kelapa
|
+
|
Kuning
– merah – kuning
|
Minyak
Kelapa Tengik
|
+
|
Kuning
– merah – kuning
|
Lemak
Hewan
|
+
|
Kuning
– merah – kuning
|
Mentega
|
+
|
Kuning
– merah – kuning
|
Blue Band
|
+
|
Kuning
– merah – kuning
|
Asam
Palmitat
|
-
|
Tidak
berwarna – merah - merah
|
Asam
Stearat
|
-
|
Tidak
berwarna – merah - merah
|
Keterangan: (+) tidak jenuh (-) jenuh
Gambar 3 Uji Ketidakjenuhan Sebelum
Diberi Pereaksi Iod Hubl
Gambar 4 Uji Ketidakjenuhan Sesudah Diberi Pereaksi
Iod Hubl
Pembahasan
Uji Kelarutan. Prinsip kelarutan yaitu
polar melarutkan senyawa polar, pelarut
semi polar melarutkan senyawa semi polar, dan pelarut non polar melarutkan
senyawa non polar (Harborne 1978). Kelarutan semua bahan uji pada pelarut alkohol
panas ialah larut dan larut sempurna, sedangkan pada alkohol dingin hanya
beberapa bahan uji saja yang larut. Hal ini karena kelarutan suatu zat
dipengaruhi oleh suhu. Saat pelarut dicampurkan dengan zat terlarut maka akan
terjadi reaksi kelarutan. Reaksi tersebut memerlukan energi, adanya suhu yang
meningkat menyebabkan energi kinetik partikel zat bertambah sehingga partikel
pada suhu yang tinggi bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya tumbukan antara partikel zat terlarut dengan
partikel pelarut. Akibatnya, alkohol panas dapat melarutkan semua bahan uji
dibandingkan dengan alkohol dingin. Kelarutan beberapa bahan uji pada berbagai
pelarut terdapat hasil yang tidak sesuai dengan seharusnya. Salah satunya bahan
uji lemak hewan tidak larut dalam pelarut n-heksana, seharusnya larut karena
lemak hewan bersifat non polar dan n-heksana juga bersifat non polar. Hal ini
mungkin zat terlarut yang diberikan terlalu banyak atau sedikit dibandingkan
dengan pelarutnya. Selain itu, mungkin juga karena pelarut yang diberikan
terlalu banyak atau sedikit dibandingkan dengan zat terlarutnya. Dapat katakan
perbandingan zat terlarut dan pelarut tidak sebanding, sehingga terjadi
kesalahan hasil yang tidak seharusnya. Pengaruh alkali dan asam encer ialah
dapat mengubah asam lemak menjadi sabun yang berupa garam asam lemak (Lehninger
1982). Berikut reaksi penyabunan:
Gambar 5 Reaksi Penyabunan
(Lehninger 1982)
Uji Akrolein. Prinsip uji akrolein
ialah uji akrolein digunakan untuk
menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah
ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian
gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal
sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan
ditandai dengan asap putih (Ketaren 1986).
Fungsi KHSO4 ialah sebagai katalis dalam hidroisis
lipid menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan pemanasan berfungsi agar
terjadi proses hidrasi pada sampel sehingga H2O hilang dan akan
terbentuk akrolein atau aldehid akrilat yang memiliki bau yang khas yakni bau
yang tajam seperti lemak yang terbakar (bau tengik). Hasil percobaan
menunjukkan minyak kelapa dan lemak hewan terdapat gliserol ditandai dengan bau
tengik atau gosong dari akrolein yang berupa asap putih. Sedangkan asam
palmitat dan asam stearat tidak terbentuk akrolein (tidak terdapat gliserol).
Hal ini karena minyak kelapa dan lemak hewan termasuk lipid yang jika
dihidrolisis akan menghasilkan gliserol, sedangkan asam palmitat dan stearat tidak
dapat menghasilkan gliserol. Gliserol dijadikan sebagai kontrol dikarenakan uji
ini untuk menguji keberadaan gliserol. Selain itu, gliserol menimbulkan bau
yang lebih menyengat dari bahan uji yang lain seperti minyak kelapa. Hal ini
kerena gliserol jika terdehidrasi langsung diubah menjadi akrolein sehingga bau
tengik yang dihasilkan lebih cepat. Sedangkan pada bahan uji lainnya (salah
satunya minyak kelapa) harus diubah terlebih dahulu menjadi gliserol dan asam
lemak bebas yang selanjutnya gliserol akan menjadi akrolein yang menimbulkan
bau tengik atau gosong. Berikut reaksi akrolein pada gliserol dan minyak
kelapa:
Gambar 6 Reaksi Terbentunya
Akrolein pada Gliserol (Ketaren 1986)
Gambar 7 Reaksi Terbentuknya
Akrolein pada Minyak Kelapa (Ketaren 1986)
Uji Ketidakjenuhan. Prinsip uji ketidakjenuhan
ialah uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah
termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Reagen
HubI’s Iod yang berupa larutan iod dalam alkohol dan mengandung sedikit HgCl2,
maka kemungkinan hilangnya warna iod akan berbeda untuk penambahan jenis minyak
yang berbeda, karena kandungan ikatan rangkap setiap jenis minyak memang
berbeda. Semakin banyak ikatan rangkap semakin cepat warna iod hilang, karena
berarti seluruh I2 telah digunakan untuk memutuskan ikatan
rangkap ( Salirawati et al 2007).
Minyak kelapa berdasarkan kandungan
asam lemaknya digolongkan dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam
lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam minyak. Berdasarkan tingkat
ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka minyak kelapa dapat
dimasukkan ke dalam golongan non drying oil, karena bilangan iod minyak
berkisar antara 7,5-10,5. Asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90%.
Minyak kelapa mengandung 84% trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh,
12% trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4% trigliserida dengan asam
lemak jenuh (Ketaren 1986). Perbedaan margarin dengan mentega ialah margarin
tersusun dari asam lemak nabati, sedangkan mentega tersusun dari asam lemak
hewani. Komponen lemak hewan dan mentega ialah asam stearat, asam palmitat, dan
asam oleat. Sedangkan komponen margarin ialah asam linoleat dan linolenat. Kebanyakan
asam lemak hewan termasuk asam lemak jenuh dan asam lemak nabati termasuk asam
lemak tak jenuh (Wildan 1997). Hasil percobaan menunjukkan minyak kelapa,
minyak kelapa tengik, lemak hewan, mentega, dan blue band termasuk ke dalam asam lemak tidak jenuh, ditandai dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi
ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa
terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak. Lemak hewan
termasuk dalam asam lemak tak jenuh karena memiliki struktur asam oleat yang
mempunyai ikatan rangkap dua. Sedangkan asam palmitat dan asam stearat
menunjukkan bahwa kedua
bahan ini termasuk ke dalam asam lemak jenuh, ditandai dengan warna merah yang
tidak pudar atau tidak kembali ke warna asal atau mula-mula. Berikut reaksi hidrolisis
lemak:
Gambar 8 Reaksi Hidrolisis Lemak (Ketaren 1986)
Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan uji
kualitatif karbohidrat dapat disimpulkan lipid yang bersifat non polar akan
larut dalam pelarut organik yang bersifat non polar, sedangkan pada pelarut
polar seperti air tidak dapat larut. Gliserol yang terdapat dalam lipid bila
mengalami dehidrasi akan membentuk akrolein seperti hasil percobaan yang
membuktikan minyak kelapa dapat membentuk akrolein ditandai dengan bau akrolein
berupa asap putih. Lipid dapat digolongkan menjadi dua berdasarkan kejenuhan
pada ikatan asam lemaknya yaitu asam lemak jenuh dan tidak jenuh.
Daftar Pustaka
Edwar Z, H.
Suyuthie, E. Yerizel, dan D. Sulastri. 2011. Pengaruh Pemanasan terhadap
Kejenuhan Asam Lemak Minyak Goreng Sawit dan Minyak Goreng Jagung. Jurnal Indon Med Assoc 61(6):248-252.
Fakultas Kedoteran Universitas Andalas. Padang.
Harborne JB.
1978. Metode Fitokimia: penuntun cara modern menganalisis tumbuhan. Ed II. Padmawinata
K dan Sudiro I, penerjemah. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Terjemahan
dari: Phytochemical Methods.
Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak
Pangan. Jakarta:Universitas Indonesia
press.
Lehninger. 1982.
Dasar-Dasar Biokimia. Thenawidjaya M, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan
dari: Principles of Biochemistry.
Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Salirawati et
al. 2007. Belajar
Kimia Menarik. Jakarta: Grasindo.
Wildan F. 1997.
Perbandingan Komposisi Asam Lemak Rantai Panjang dari Lemak Hewani dan Lemak
Nabati. Jurnal Lokakarya Fungsional 20(3):157-164. Balai Penelitian Ternak
Ciawi. Bogor.
Jangan lupa komentar dan sarannya setelah membaca ^^
ReplyDeleteAnda dapat memberikan komentar dan saran berupa perkataan atau dengan memberikan point emoticon seperti ini :):):)
Tiga emoticon tersebut menandakan penilaian sangat bagus untuk penulisan laporan tersebut ^^
Jika ada koreksi dari penulisan laporan yang saya buat, silahkan berikan komentar di blog ini. Terimakasih sudah mengunjungi blog ini ^^