Laporan Biokimia
PENGENDAPAN OLEH LOGAM, GARAM, ALKOHOL, UJI KOAGULASI,
DAN DENATURASI PROTEIN
Pendahuluan
Protein merupakan
makromolekul yang paling melimpah di dalam sel. Unit pembangunnya adalah asam
amino yang berikatan secara kovalen untuk menghubungkan molekul-molekul menjadi
rantai (Winarno 1997). Struktur sebuah protein terbagi atas tiga yaitu struktur
primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Struktur primer adalah struktur dasar
dari protein. Susunan linier asam amino dalam protein yang merupakan suatu
rangkaian unik dari asam amino yang menentukan sifat dasar dari berbagai
protein, dan secara umum menentukan bentuk struktur sekunder dan tersier.
Struktur sekunder adalah rantai polipeptida yang berlipat-lipat dan merupakan
bentuk tiga dimensi dengan cabang-cabang rantai polipeptidanya tersusun saling
berdekatan. Protein terbentuk oleh adanya ikatan hidrogen antar asam amino
dalam rantai sehingga strukturnya tidak lurus, melainkan bentuk zig zag
dengan gugus R mencuat keatas dan kebawah. Contoh struktur ini adalah
bentuk α-heliks pada wol, serta bentuk heliks pada kolagen (Martoharsono 1998).
Struktur tersier adalah
susunan dari struktur sekunder yang satu dengan struktur sekunder yang lain.
Biasanya bentuk-bentuk sekunder ini dihubungkan oleh ikatan hidrogen, ikatan
garam, ikatan hidrofobik, dan ikatan disulfida. Ikatan disulfida merupakan
ikatan yang terkuat dalam mempertahankan struktur tersier protein. Struktur primer,
sekunder, dan tersier umumnya hanya melibatkan satu rantai polipeptida, tetapi
bila struktur ini melibatkan beberapa polipeptida dalam membentuk suatu
protein, maka disebut dengan struktur kuartener (Martoharsono 1998).
Salah satu yang termasuk dalam protein
ialah albumin. Albumin ialah protein yang dapat larut air serta dapat
terkoagulasi oleh panas dimana terdapat dalam serum darah dan bagian putih
telur (Poedjiaji 1994). Salah satu komposisi dari albumin ialah fosfor (P) dan
belerang (S). Protein dapat mengalami peristiwa yang dinamakan titik
isoelektrik. Titik isoelektrik prinsipnya berdasarkan pada perbedaan dalam
sifat ionik dari permukaan asam amino, pada pH yang lebih rendah muatan netto akan
lebih positif dan pH yang lebih tinggi muatan netto akan lebih negatif. Keadaan saat pH asam amino yang bermuatan
positif sama dengan muatan negatif (muatan nettonya nol) disebut
titik isoelektrik protein (Yandri
2011).
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, pipet mohr,
gelas piala, kertas saring, corong, arloji, bulb hitam dan merah, bunsen, kaki
tiga, kasa, penjepit, dan batang pengaduk.
Bahan yang digunakan adalah
larutan albumin, HgCl2 2%, Pb-asetat 5%, AgNO3 5%,
kristal (NH4)SO4, larutan protein, asam asetat 1M, pereaksi
millon, pereaksi biuret, HCl 0.1 M, etanol 95%, NaOH 0.1 M, buffer asetat pH
4.7, dan akuades.
Metode
Pengendapan
oleh Logam. Larutan albumin sebanyak 3 ml dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 5 tetes larutan HgCl2
2%. Percobaan diulangi dengan larutan Pb-asetat 5% dan AgNO3 5%.
Setelah itu, diamati larutan yang paling cepat dan banyak menghasilkan endapan.
Pengendapan
oleh Garam. Larutan protein sebanyak 10 ml
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit
(NH4)SO4 dan diaduk hingga jenuh. Setelah itu, larutan
disaring, kemudian diuji kelarutan endapan dalam air 3 ml dan pereaksi millon 3
tetes serta filtrat diuji dengan pereaksi biuret.
Uji
Koagulasi. Larutan protein sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes asam asetat 1M. Selanjutnya,
larutan dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit. Setelah itu, endapan yang
terbentuk diambil dengan batang pengaduk atau disaring terlebih dahulu. Tahap
akhir, endapan diuji kelarutannya dalam air 3 ml dan pereaksi millon 3 tetes.
Pengendapan
oleh Alkohol. Pertama, disiapkan empat tabung reaksi
yang bersih dan kering. Tabung satu dimasukkan larutan albumin sebanyak 2.5 ml,
kemudian ditambahkan HCl 0.1 M sebanyak 0.5 ml dan etanol 95% sebanyak 3 ml.
Tabung dua dimasukkan larutan albumin sebanyak 2.5 ml, kemudian ditambahkan
NaOH 0.1 M sebanyak 0.5 ml dan etanol 95% sebanyak 3 ml. Tabung tiga dimasukkan
larutan albumin sebanyak 2.5 ml, kemudian ditambahkan buffer asetat pH 4.7
sebanyak 0.5 ml dan etanol 95% sebanyak 3 ml. Tabung empat dimasukkan larutan
albumin sebanyak 2.5 ml, kemudian ditambahkan etanol 95% sebanyak 3.5 ml.
Setelah itu, diamati tabung manakah protein yang tidak larut.
Denaturasi
Protein. Pertama, disiapkan tiga tabung reaksi yang bersih
dan kering. Tabung satu dimasukkan larutan albumin sebanyak 4.5 ml, kemudian
ditambahkan HCl 0.1 M sebanyak 0.5 ml. Tabung dua dimasukkan larutan albumin
sebanyak 4.5 ml, kemudian ditambahkan NaOH 0.1 M sebanyak 0.5 ml. Tabung tiga
dimasukkan larutan albumin sebanyak 4.5 ml, kemudian ditambahkan buffer asetat
pH 4.7 sebanyak 0.5 ml. Setelah itu, ketiga larutan tersebut dipanaskan dalam
penangas air selama 15 menit, kemudian didinginkan. Tabung satu dan dua
ditambahkan 10 ml buffer asetat pH 4.7, kemudian diamati dan dicatat perubahan
yang terjadi.
Hasil
Pengamatan
Hasil pengujian ada
atau tidaknya endapan protein dengan uji pengendapan oleh logam sebagai
berikut:
Tabel 1 Hasil Uji Pengendapan Protein oleh
Logam Berat
Logam Berat
|
Hasil
Pengamatan (+/-)
|
Perubahan
Warna Larutan
|
HgCl2
2%
|
(+)
|
Putih keruh
|
Pb-asetat
5%
|
(+)
|
Putih keruh
|
AgNO3
5%
|
(+)
|
Putih keruh
|
Keterangan: (+) Ada endapan, (-) Tidak
ada endapan
Kecepatan mengendap: HgCl2 > AgNO3 > Pb-asetat
Gambar 1 Hasil Pengendapan Protein
oleh Logam Berat pada (a) AgNO3 5% (b)
HgCl2
2% (c) Pb-asetat 5%
Hasil pengujian ada
atau tidaknya protein dengan uji pengendapan oleh garam sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Uji Pengendapan Albumin oleh
(NH4)SO4
Uji
|
Hasil
Pengamatan (+/-)
|
Perubahan
Warna Larutan
|
Uji
kelarutan
|
(-)
|
Tidak
larut, tetap bening atau tidak berwarna
|
Uji
Millon
|
(-)
|
Tidak
larut, ada endapan, tidak berwarna
|
Uji
Biuret
|
(-)
|
Larut,
tidak berwarna-biru muda
|
Keterangan: (+) Ada protein, (-) Tidak
ada protein
Gambar 2 Hasil
Pengendapan Albumin oleh (NH4)SO4 dengan (a) uji
kelarutan (b) uji millon (c) uji biuret
Hasil pengujian pengaruh
pemanasan pada albumin dengan uji koagulasi sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Uji Pengaruh Pemanasan
Terhadap Albumin
Uji
|
Hasil
Pengamatan (+/-)
|
Perubahan
Warna Larutan
|
Uji
kelarutan
|
(-)
|
Tidak larut
|
Uji
Millon
|
(+)
|
Larut, berwarna
kuning
|
Uji
Biuret
|
(+)
|
Larut, berwarna ungu
|
Keterangan: (+) Ada protein, (-) Tidak
ada protein
Gambar 3 Hasil
Pengaruh Pemanasan Terhadap Albumin dengan (a) uji millon (b)
uji biuret
Hasil pengujian
pengendapan albumin dengan uji pengendapan oleh alkohol sebagai berikut:
Tabel 4 Hasil Uji Pengendapan Albumin
oleh Alkohol
Larutan
|
Hasil
Pengamatan (+/-)
|
Perubahan
Warna Larutan
|
Albumin + HCl
+ etanol
|
(+)
|
Agak keruh
|
Albumin + NaOH
+ etanol
|
(-)
|
Tidak berwarna
|
Albumin +
buffer asetat pH 4.7 + etanol
|
(+++)
|
Sangat keruh
|
Albumin +
etanol
|
(++)
|
Keruh
|
Keterangan: (+/-) tingkat kejernihan
antar molekul
Gambar 4 Hasil Pengendapan Albumin oleh Alkohol
dengan Campuran (a)
Albumin
+ HCl + etanol (b) Albumin + NaOH + etanol (c) Albumin + buffer asetat pH 4.7 +
etanol (d) Albumin + etanol
Hasil pengujian
denaturasi protein sebagai berikut:
Tabel 5 Hasil Uji Denaturasi Protein
Larutan
|
Hasil Pengamatan
|
|||
Hasil Pengamatan (+/-)
|
Sebelum Pemanasan
|
Setelah Pemanasan
|
Setelah Ditambah Buffer Asetat pH
4.7
|
|
Albumin + HCl
|
(+)
|
Putih keruh
|
Putih keruh
|
Putih keruh
|
Albumin + NaOH
|
(-)
|
Putih keruh
|
Putih bening
|
Putih bening
|
Albumin + buffer asetat pH 4.7
|
(+)
|
Putih keruh
|
Putih susu
|
Putih susu
|
Keterangan: (+) Ada endapan, (-) Tidak
ada endapan (-)
Gambar 5 Hasil Denaturasi Protein
pada Larutan (a) albumin + HCl (b) albumin +
NaOH (c) Albumin + buffer asetat pH 4.7
Pembahasan
Pengendapan oleh Logam. Prinsip uji
pengendapan protein dengan logam adalah pembentukan endapan akibat penambahan
logam berat Ag, Pb, dan Hg akan membentuk endapan logam proteinat. Dapat
dikatakan pengendapan ini terjadi apabila protein yang berada
dalam keadaan isoelektrik bermuatan negatif bertemu dengan logam yang bermuatan
positif sehingga menyebabkan netralisasi dan menghasilkan endapan garam
proteinat yang mengendap dan bersifat reversible (Yandri 2011). Hasil
percobaan, saat albumin ditambahkan dengan HgCl2, Pb-asetat, dan AgNO3
larutan berwarna putih keruh. Hal ini disebabkan karena adanya kemampuan
protein atau asam amino untuk berikatan dengan ion logam. Berdasarkan hasil
perobaan dihasilkan larutan Pb-asetat memiliki endapan yang paling banyak
daripada HgCl2 dan AgNO3.
Seharusnya endapan urutan endapan yang paling banyak ialah AgNO3 >
HgCl2 > Pb-asetat. Hal ini dapat terjadi karena
dipengaruhi oleh kereaktifan dari logam Ag, Hg, dan Pb yang sesuai dengan
posisi unsur tersebut di tabel SPU. Ag dapat membentuk endapan banyak sebab Ag
paling reaktif diantara dua unsur tersebut (logam Ag mempunyai electron valensi
yang lebih banyak). Berikut reaksi pengendapan protein oleh logam berat HgCl2:
Gambar 6 Reaksi Pengendapan Protein oleh Logam Berat
HgCl2
Pengendapan oleh Garam. Prinsip uji
pengendapan protein oleh garam ialah protein akan mengalami pengendapan bila
ditambahi garam. Pengendapan tersebut terjadi karena daya larut protein yang
berkurang sehingga terbentuk endapan (Winarno 1997). Berdasarkan hasil
percobaan, dihasilkan larutan protein mengendap atau tidak larut pada uji
millon, sedangkan uji biuret dihasilkan larutan protein larut dan larutan
berwarna biru muda. Hal ini terjadi
karena pada penambahan garam dengan konsentrasi tertentu kelarutan protein
menurun (salting out). Molekul air
yang berikatan dengan ion garam semakin banyak sehingga menyebabkan penarikan
selubung air yang mengelilingi permukaan protein. Peristiwa ini mengakibatkan
protein saling berinteraksi, beragregrasi, kemudian mengendap. Sedangkan salting in ialah kelarutan protein pada
pH dan suhu tertentu meningkat dengan kenaikan konsentrasi garam (Suwarti
2003). Berikut reaksi pengendapan protein oleh garam:
Gambar 7 Reaksi
Pengendapan Protein oleh Garam
Uji
Koagulasi. Prinsip uji
koagulasi adalah protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan
pada suhu 50oC atau lebih. Koagulasi ini hanya terjadi bila larutan
protein berada titik isolistriknya (Poedjiadi, 1994). Fungsi
penambahan asam asetat dan dilakukan pemanasan ialah agar terbentuk gumpalan-gumpalan
putih yang menunjukkan protein telah terkoagulasi. Selain itu pemanasan juga
dapat merusak struktur protein sehingga protein mengalami denaturasi, akibatnya
terbentuk endapan (tidak larut) pada larutan. Berdasarkan hasil percobaan,
dihasilkan endapan albumin yang terjadi setelah penambahan asam asetat, saat
direaksikan dengan pereaksi millon memberikan hasil positif. Hal ini
menunjukkan bahwa endapan tersebut masih bersifat sebagai protein, namun sudah
mengalami perubahan struktur atau mengalami denaturasi sehingga pada uji
kelarutan, larutan tidak larut. Endapan juga terbentuk karena larutan mengendap
pada titik isolistriknya. Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada
ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan
(polielektrolit) dan bersifat amfoter (dapat bereaksi
dengan asam maupun basa). Daya reaksi berbagai jenis protein terhadap asam dan
basa tidak sama, tergantung dari jumlah dan letak gugus amino dan karboksil
dalam molekul. Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H+,
sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya, dalam larutan basa (pH tinggi)
molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif. Pada pH
isolistrik muatan gugus amino dan karboksil bebas akan saling menetralkan
sehingga molekul bermuatan nol (Winarno, 1997). Berikut reaksi dari keamfoteran
protein:
Gambar 8 Reaksi Keamfoteran Protein
dalam Suasana Asam
Gambar 9 Reaksi Keamfoteran Protein
dalam Suasana Basa
Pengendapan
oleh Alkohol. Prinsip uji pengendapan oleh alkohol ialah pengendapan
protein, protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol. Pelarut organik
akan mengurangi konstanta dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein
berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap
air (Winarno
1997). Berdasarkan hasil perobaan, dihasilkan larutan albumin + buffer asetat
pH 4.7 + etanol menghasilkan larutan yang sangat keruh dibandingkan larutan
yang lain. Hal ini karena buffer asetat memiliki pH 4.7 yang sama dengan pH
isolistrik albumin (4.55-4.90) atau dapat dikatakan telah terjadi peristiwa
isoelektrik (Winarno 1997). Berikut reaksi pengendapan
protein oleh alkohol dengan campuran buffer pH 4.7:
Gambar
10 Reaksi Pengendapan Protein oleh Alkohol dengan Buffer pH 4.7
Denaturasi Protein. Prinsip
dari denturasi
ialah sebuah proses di mana protein atau asam nukleat kehilangan struktur
tersier dan struktur sekunder dengan penerapan beberapa tekanan eksternal atau
senyawa, seperti asam kuat atau basa, garam anorganik terkonsentrasi, misalnya
pelarut organik seperti alkohol atau kloroform, atau panas (Winarno
1997). Penambahan buffer asetat pH 4.7 pada tabung satu dan dua bertujuan
agar pH isolistrik tercapai, sehingga albumin dapat terdenaturasi. Penambahan
HCl, NaOH, dan pemanasan pada albumin bertujuan agar struktur protein rusak
atau kehilangan struktur tersier maupun sekundernya sehingga protein mengalami
perubahan bentuk maupun lipatan molekulnya (denaturasi). Berikut contoh reaksi
denaturasi protein akibat logam merkuri:
Gambar 11 Reaksi
Denaturasi Protein Akibat Logam Merkuri
Simpulan
Protein dapat mengendap atau
terdenaturasi oleh logam berat, senyawa garam, asam dan basa kuat (HCl dan
NaOH), maupun pemanasan. Denaturasi terjadi karena protein mengalami perubahan
struktur, baik bentuk maupun lipatan molekulnya. Protein yang mengalami
denaturasi kelarutannya berkurang, sehingga akan mengendap pada titik
isoelektriknya, seperti hasil pada berbagai percobaan yang telah dilakukan.
Daftar Pustaka
Martoharsono, S. 1998. Biokimia.
Jilid 1. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Poedjiadi,
A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Suwarti. 2003.
Ekuilibrium Unfolding Protein β-sheet, Streptavidin. Skripsi Sarjana.
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
Winarno
F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: PT. Gramedia.
Yandri AS. 2011.
Pengaruh Modifikasi Kimia Terhadap Titik Isoelektrik (pl) Enzim Hasil
Modifikasi. Jurnal Sains MIPA 17(3):92-98 ISSN 1978-1873. Jurusan Kimia FMIPA,
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Jangan lupa komentar dan sarannya setelah membaca ^^
ReplyDeleteAnda dapat memberikan komentar dan saran berupa perkataan atau dengan memberikan point emoticon seperti ini :):):)
Tiga emoticon tersebut menandakan penilaian sangat bagus untuk penulisan laporan tersebut ^^
Jika ada koreksi dari penulisan laporan yang saya buat, silahkan berikan komentar di blog ini. Terimakasih sudah mengunjungi blog ini ^^
:) 3X
ReplyDelete