Laporan Kimia Industri
PENGUJIAN
KUALITATIF BAHAN BERBAHAYA DALAM MARGARINE
Pendahuluan
Pangan
pada umumnya memiliki kelemahan dalam hal keamanannya terhadap bahaya biologi
atau mikrobiologi, kimia, dan fisika. Adanya bahaya atau cemaran tersebut
seringkali terdapat dan ditemukan karena rendahnya mutu bahan baku, teknologi
pengolahan, belum diterapkannya praktek sanitasi dan hiegene, dan kurangnya
kesadaran pekerja maupun produsen yang menangani pangan. Bahaya kimia pada
umumnya disebabkan oleh adanya bahan kimia yang dapat menimbulkan terjadinya
intoksitasi. Bahan kimia penyebab keracunan diantaranya logam berat (Usmiati
2007).
Magarine
merupakan salah satu produk pangan yang merupakan pengganti mentega dengan rupa,
bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama. Margarine juga
merupakan emulsi air dalam minyak dengan persyaratan tidak kurang dari 80%
lemak. Lemak yang digunakan dapat berasal dari lemak hewani atau nabati. Karena
minyak nabati pada umumnya berbentuk cair, maka harus dihidrogenesis menjadi
lemak padat, yang berarti margarin harus bersifat padat pada suhu ruang, agak
keras pada suhu rendah, dan segera mencair pada mulut (Winarno 1995).
Komponen
yang terkandung dalam margarin ialah lemak, garam, vitamin A, pengawet,
pewarna, dan emulsifier (Ketaren 1986). Kandungan logam berat dan pengawet yang
berlebih, kemungkinan besar akan menimbulkan suatu permasalahan terutama bagi
konsumen (Siaka 2009). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan suatu
pengujian yang bersifat memantau dan mengevaluasi seberapa jauh adanya
pencemaran logam berat dan pengawet pada margarine yang beredar di pasaran. Prinsipnya
ialah analisis kualitatif dengan mereaksikan sampel margarine dengan
pereaksi-pereaksi yang akan menghasilkan perubahan warna yang khas dari bahan
berbahaya tersebut dalam margarine. Tujuan dari percobaan ialah menentukan
secara kualitatif bahan berbahaya yang terdapat dalam margarine.
Bahan
dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah
margarine, asam asetat 0.5 M, H2S, NaOH 0.25 M, CaCl2
10%, H3PO4, eter, H2SO4 (p), HNO3
(p), NH4OH, (NH4)2S, dan akuades.
Alat-alat yang digunakan adalah
gelas piala, neraca analitik, pipet mohr, bulb, hot plate, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet tetes, corong, gelas
pengaduk, pinggan porselen, dan corong pisah.
Prosedur
Penetapan keberadaan logam berat. Pertama,
5 gram margarine dimasukkan dalam gelas piala, kemudian ditambahkan 50 ml asam
asetat 0.5 M. Selanjutnya, dipanaskan sampai mendidih, kemudian didinginkan dan
disaring. Filtrat ditampung dalam tabung reaksi, kemudian filtrat dialiri H2S.
Munculnya endapan hitam menunjukkan adanya logam.
Penetapan keberadaan asam benzoat.
Pertama, 10 gram contoh margarine dimasukkan dalam gelas piala dan ditambahkan
40 ml air panas, kemudian ditambahkan lagi 5 ml NaOH 0.25 M dan dipanaskan.
Setelah itu, larutan didinginkan dan disaring, kemudian filtrat ditambahkan CaCl2
10% 10 ml dan dipanaskan kembali. Selanjutnya, disaring lagi dan filtrat
ditambahkan H3PO4 10 ml dan dikocok dengan eter dalam
corong pisa, kemudian dibiarkan sampai terpisah. Lapisan eter ditampung dalam
dua pinggan porselen dan diuapkan, kemudian residu yang pertama ditambahkan 10
tetes H2SO4 dan 1 tetes HNO3 (p). Selanjutnya,
dimasukkan dalam tabung reaksi dan dimasukkan dalam penangas gliserol pada suhu
110-120oC selama 10 menit, kemudian tabung ditiup sampai NO2
keluar dan diencerkan dengan air. Setelah itu, ditambahkan NH4OH
sampai alkalis dan dididihkan kembali, kemudian didinginkan dan ditambahkan
amonium sulfida perlahan-lahan. Adanya warna merah-coklat menunjukkan positif
asam benzoat.
Hasil
dan Pembahasan
Prinsip dari penetapan keberadaan
logam berat adalah sampel margarin yang mengandung logam berat direaksikan
dengan H2S menghasilkan endapan berwarna hitam. Rekasi yang terjadi
adalah:
Saat percobaan pereaksi
yang digunakan adalah asam asetat yang berfungsi melarutkan logam-logam yang
terdapat dalam margarine, dan campuran (NH4)2S dengan HCl
(p) yang berfungsi menghasilkan gas H2S yang akan bereaksi dengan
logam berat membentuk endapan hitam. Selain itu, dilakukan pemanasan sampai
mendidih untuk memisahkan lapisan lemaknya dan dilakukan penyaringan untuk
mengambil filtrat yang diduga mengandung logam berat serta agar lemak yang
terdapat dalam margarine tersaring, sehingga tidak ikut ke dalam filtrat.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa
margarine yang di uji negatif mengandung logam berat, yang ditandai tidak
terbentuknya endapan hitam. Menurut SNI 7387 : 2009, batas maksimum cemaran
logam merkuri (Hg) dalam margarine sebesar 0.03 mg/kg dan logam timbal (Pb)
sebesar 0.1 mg/kg. Apabila keberadaan logam merkuri melebihi dari batas yang
ditentukan, maka dapat menyebabkan bermacam gejala seperti mudah marah, suka
gemetar, kehilangan sensasi, kesulitan daya ingat, otak yang tidak
terorganisir, gangguan paru-paru dan ginjal. Sedangkan kelebihan logam timbal
menyebabkan kerusakan jaringan termasuk jaringan mukosa, kerusakan otak,
penghambatan pertumbuhan anak-anak, kerusakan ginjal, gangguan pendengaran,
mual, sakit kepala, gangguan pada kecerdasan dan tingkah laku, kerusakan syaraf,
dan gangguan reproduksi (SNI 7387 : 2009).
Selain
logam berat, bahan berbahaya lainnya adalah asam benzoat sebagai pengawet
makanan atau produk pangan. Struktur kimia asam benzoat adalah:
Asam Benzoat (Wati 2012)
Natrium benzoat
dalam produk makanan diubah menjadi asam benzoat dengan reaksi sebagai berikut:
Saat percobaa,
dilakukan penambahan air panas dengan tujuan agar asam benzoat yang terdapat
dalam sampel dapat larut dalam air panas, hal ini menggambarkan sifat fisik
dari asam benzoat yang dapat larut dalam air panas (Rorong 2013). Penambahan CaCl2
berfungsi untuk menambah tingkat ionisasi air menjadi lebih polar sehingga
tingkat tidak bercampurnya air dengan petroleum eter akan bertambah yang
bermanfaat dalam pemisahan fase, selain itu unutk menghilangkan pengotor dan
menjeuhkan larutan. Selain penambahan CaCl2, peraksi lain yang
digunakan adalah H3PO4 yang berfungsi memisahkan senyawa
polar dan non polar, sehingga senyawa non polar dapat larut dalam petroleum
eter. Petroleum eter berfungsi sebagai pengekstrak senyawa asam benzoat karena
sifat dari asam benzoat yang mudah larut dalam pelarut organik seperti
petroleum eter. H2SO4 berfungsi mengubah nitrit menjadi
nitrat sehingga dapat larut dalam HNO3. NH4OH berfungsi
membuat larutan dalam suasana basa karena reaksi berlangsung dalam suasana
basa. Ammonium sulfida berfungsi sebagai pereaksi spesifik atau pengkompleks
dalam menghasilkan kompleks warna merah coklat dengan asam benzoat.
Fungsi penguapan lapisan petroleum
eter adalah agar petroleum eter menguap, sehingga hanya diperoleh asam benzoat
murni. Fungsi dari pemnasan dengan gliserol adalah agar suhu reaksi tetap
stabil atau konstan, karena reaksi pada gliserol berjalan lambat. Sedangkan jika
menggunakan air suhu pemanasan akan berjalan cepat. Selain itu, pemanasan
dengan gliserol berfungsi merangsang agar asam benzoat keluar semua. Fungsi pemanasan
kembali setelah penambahan NH4OH untuk mrnghilangkan sisa NH4
yang berlebih.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa
sampel margarine yang di uji negatif mengandung asam benzoat yang ditandai
tidak terbentuknya kompleks warna merah coklat. Hal ini mungkin saja karena
margarine mengandung pengawet selain asam benzoat yaitu BHA dan BHT sehingga
asam benzoat negatif terkandung dalam margarine. Menurut SNI 01-354-1994, batas
maksimum kandungan asam benzoat dalam produk pangan sebesar 1000 mg/kg. Apabila
keberadaan asam benzoat melebihi dari batas yang ditentukan, maka dapat
menyebabkan penyakit kulit urtikari, dermatitis, rhinitis (radang selaput
lendir pada hidung), sakit kepala, rasa terbakar di perut, dan iritasi
oesophagus (Rorong 2013).
Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
diperoleh sampel margarin yang di uji negatif mengandung asam benzoat dan logam
berat yang ditandai tidak terbentuk warna merah coklat dan endapan hitam. Hal ini
berarti sampel margarine yang di uji aman dikonsumsi.
Daftar
Pustaka
Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Rorong JA. 2013.
Analisis Asam Benzoat dengan Perbedaan Preparasi pada Kulit dan Daun Kayu
Manis. Chem.Prog 6 (2) : 81-85.
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam
Ratulangi.
SNI 7387:2009
SNI 01-354-1994
Usmiati S. 2007.
Teknologi Penanganan dan Pengamanan Susu Segar dan Olahannya. Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.
Wati WI dan A.
Guntarti. 2012. Penetapan Kadar Asam Benzoat dalam Beberapa Merk Dagang Minuman
Ringan Secara Spektrometri Ultraviolet. Jurnal
Ilmiah Kefarmasian 2 (2) : 111-118. Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad
Dahlan. Yogyakarta.
Winarno FG.
1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Comments
Post a Comment