Laporan Biokimia
PENGARUH SUHU DAN pH PADA AKTIVITAS AMILASE AIR LIUR
SERTA HIDROLISIS PATI MATANG DAN PATI MENTAH OLEH AMILASE AIR LIUR
Pendahuluan
Enzim α-Amylase yang
bekerja spesifik di dalam mulut, enzim ini terdapat bersama dengan air liur
(saliva), enzim α-Amylase berperan dalam menghidrolisis karbohidrat kompleks menjadi
gula-gula sederhana terutama yang mengandung pati. Selain itu, α-amilase
pankreatik merupakan enzim yang berperan dalam memotong ikatan α-1.4 glikosida secara acak. Enzim ini akan memotong
maltosa menjadi maltosa (90%), maltotriosa, glukosa dan amilopektin menjadi dekstrin, maltosa dan maltotriosa (Astawan
2009).
Saliva disekresi oleh
kelenjar parotis (saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan
musin); sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di
lapisan mukosa mulut. Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan
tanpa adanya rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat
rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva. Sekresi
basal ini penting untuk menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah setiap
waktu. Selain sekresi yang bersifat konstan dan sedikit tersebut, sekresi
saliva dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda: (1)
refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi, dan (2) refleks saliva
didapat, atau terkondisi. Refleks saliva sederhana (tidak terkondisi) terjadi
sewaktu kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespons
terhadap adanya makanan. Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai
impuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula
batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik
ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Tindakan-tindakan gigi
mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya
manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. Pada refleks
saliva didapat (terkondisi), pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan oral.
Hanya berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat
memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini (Setiadi 2007).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang
diikutinya, sedangkan masing-masing enzim diberi nama menurut nama substratnya,
misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim
yang dikenal dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the International Union
of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini
didasarkan atas reaksi kimia di mana
enzim memegang peranan. Enam golongan tersebut ialah oksidoreduktase, transferase,
hidrolase, liase, isomeras, ligase (Poedjiadi 2006).
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan
adalah gelas piala, corong, batang pengaduk, tabung reaksi,
pipet mohr, bulb merah dan hitam, pipet tetes, plat tetes, kaki tiga, kasa,
bunsen, stopwatch, dan termometer.
Bahan yang digunakan adalah buah kedongdong, filtrat air
liur, glass wool, kertas saring, es batu, larutan kanji 1%, pereaksi yodium,
pereaksi benedict, HCl, asam asetat, akuades, natrium karbonat 0.1 %, dan
tepung pati.
Prosedur
Pengaruh
suhu pada aktivitas amilase air liur. Pertama, disiapkan semua
peralatan yang bersih dan kering, kemudian dimasukkan 2 ml air liur ke dalam empat
tabung reaksi dan ditambahkan 2 ml akuades serta dikocok. Selnjutnya, tabung
pertama ditempatkan pada suhu 10oC, tabung kedua pada suhu kamar
atau 30oC, tabung ketiga pada suhu 37oC, dan tabung
keempat pada suhu 80oC. Setelah itu, pada masing-masing tabung
dimasukkan 2 ml laruutan kanji 1% dan dikocok, kemudian ditempatkan lagi pada
masing-masing suhu. Isi tabung kemudian di uji dengan pereaksi benedict dan
yodium (di plat tetes).
Pengaruh
pH pada aktivitas amilase air liur. Pertama, disiapkan semua
peralatan yang bersih dan kering, kemudian dimasukkan 2 ml HCl (pH 1) pada
tabung pertama, 2 ml asam asetat (pH 5) pada tabung kedua, 2 ml akuades (pH 7)
pada tabung ketiga, dan 2 ml natrium karbonat 0.1% (pH 9) pada tabung keempat.
Selanjutnya, ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 2 ml larutan kanji 1%
dan 2 ml air liur kemudian dikocok. Setelah itu, masing-masing tabung
dipanaskan pada suhu 37oC selama 15 menit. Isi tabung kemudian di
uji dengan pereaksi benedict dan yodium (di plat tetes).
Hidrolisis
pati matang oleh amilase air liur. Pertama, disiapkan semua
peralatan yang bersih dan kering, kemudian dimasukkan larutan kanji 1% dalam
tabung reaksi dan ditambahkan air liur 10 tetes. Selanjutnya, dipanaskan pada
suhu 37oC, kemudian selang waktu 1 menit selama 5 menit dan selang 5 menit dipindahkan 1 tetes ke
dalam plat tetes dan di uji dengan pereaksi yodium. Setelah itu, dicatat
perubahan warna yang terjadi. Pengujian dihentikan terhadap pereaksi yodium
ketika tidak lagi positif. Sisa larutan di uji dengan uji benedict.
Hidrolisis
pati mentah oleh amilase air liur. Pertama, disiapkan semua
peralatan yang bersih dan kering, kemudian dimasukkan sedikit tepung pati dalam
tabung reaksi dan ditambahkan 5 ml akuades dan dikocok. Selanjutnya, ditambahkan
10 tetes air liur dan dipanaskan pada suhu 37oC, kemudian selang
waktu 1 menit selama 5 menit dan selang
5 menit dipindahkan 1 tetes ke dalam plat tetes dan di uji dengan pereaksi
yodium. Setelah itu, dicatat perubahan warna yang terjadi. Pengujian dihentikan
terhadap pereaksi yodium ketika tidak lagi positif. Sisa larutan di uji dengan
uji benedict.
Hasil
Pengamatan
Tabel 1 Data Hasil Uji Pengujian Suhu
Terhadap Aktivitas Amilase Saliva
Suhu
|
Hasil Pengamatan
|
Perubahan
Warna
|
||
Iod
|
Benedict
|
Iod
|
Benedict
|
|
10oC
|
-
|
+
|
Cokelat
|
Hijau seulas
|
30oC
|
-
|
+++
|
Cokelat
|
Hijau
|
37oC
|
-
|
++
|
Cokelat
|
Hijau
|
80oC
|
+
|
+++
|
Biru kehitaman
|
Hijau
|
Keterangan: benedict (+) gula pereduksi,
iod (+) ada amilosa
Gambar 1 Hasil Uji Yodium pada Suhu
(a) 10oC (b) 30oC (c) 37oC (d) 80oC
Gambar 2 Hasil Uji Benedict pada
Suhu (a) 10oC (b) 30oC (c) 37oC (d) 80oC
Tabel
2 Data Hasil Pengujian pH Terhadap Aktivitas Amilase Saliva
pH
|
Hasil Pengamatan
|
Perubahan
Warna
|
||
Iod
|
Benedict
|
Iod
|
Benedict
|
|
HCl
(1)
|
-
|
+
|
Cokelat
|
Hijau seulas
|
CH3COOH
(5)
|
-
|
+++
|
Cokelat
|
Hijau
|
Akuades
(7)
|
-
|
++
|
Cokelat
|
Hijau
|
Na-karbonat
0.1% (9)
|
+
|
+++
|
Biru kehitaman
|
Hijau
|
Keterangan: benedict (+) gula pereduksi,
iod (+) ada amilosa
Gambar 3 Hasil Uji Yodium pada (a)
HCl pH 1 (b) CH3COOH pH 5 (c)
Akuades
pH 7 (d) Na-karbonat 0.1% pH 9
Gambar 4 Hasil Uji Benedict pada
(a) HCl pH 1 (b) CH3COOH pH 5
(c)
Akuades
pH 7 (d) Na-karbonat 0.1% pH 9
Tabel 3 Data Hasil Hidrolisis Pati
Matang dan Pati Mentah Terhadap Aktivitas
Amilase Saliva
Bahan
|
Menit ke-
|
Hasil Pengamatan
|
Perubahan Warna
|
||
Iod
|
Benedict
|
Iod
|
Benedict
|
||
Pati Matang
|
1
|
-
|
+
|
Cokelat
|
Hijau
|
|
2
|
-
|
+
|
Cokelat
|
Hijau
|
|
3
|
-
|
+
|
Cokelat
|
Hijau
|
|
4
|
-
|
+
|
Cokelat
|
Hijau
|
|
5
|
-
|
+
|
Cokelat
|
Hijau
|
|
10
|
-
|
+
|
Cokelat
|
Hijau
|
|
15
|
-
|
+
|
Cokelat
|
Hijau
|
|
20
|
-
|
+
|
Cokelat
|
Hijau
|
|
25
|
-
|
+
|
Cokelat
|
Hijau
|
Pati Mentah
|
1
|
+
|
-
|
Biru
|
Biru
|
|
2
|
+
|
-
|
Biru
|
Biru
|
|
3
|
+
|
-
|
Biru
|
Biru
|
|
4
|
+
|
-
|
Biru
|
Biru
|
|
5
|
+
|
-
|
Biru
|
Biru
|
Lanjutan Tabel 3
Bahan
|
Menit ke-
|
Hasil Pengamatan
|
Perubahan Warna
|
||
Iod
|
Benedict
|
Iod
|
Benedict
|
||
Pati Mentah
|
10
|
-
|
-
|
Biru
|
Biru
|
|
15
|
-
|
-
|
Biru
|
Biru
|
|
20
|
-
|
-
|
Biru
|
Biru
|
|
25
|
+
|
-
|
Cokelat
|
Biru
|
|
30
|
+
|
-
|
Cokelat
|
Biru
|
|
35
|
+
|
-
|
Cokelat
|
Biru
|
|
40
|
+
|
-
|
Cokelat
|
Biru
|
Gambar 5 Hasil Uji Yodium Pati
Matang pada menit ke- (a) 1 (b) 2 (c) 3 (d) 4 (e)
5 (f) 10 (g) 15 (h) 20 (i) 25
Gambar 6 Hasil Uji Yodium Pati
Mentah pada menit ke- (a) 1 (b) 2 (c) 3 (d) 4 (e)
5 (f) 10 (g) 15 (h) 20 (i) 25 (j) 30 (k) 35
(l) 40
Gambar 7 Hasil Uji Benedict pada (a) pati matang (b)
pati mentah
Pembahasan
Pengaruh
suhu dan pH pada aktivitas amilase air liur. Prinsip uji
pengaruh pH pada aktivitas amilase air liur ialah percobaan yang
akan menentukan pH optimum dari enzim amilase. Masing-masing tabung reaksi
diisi dengan beberapa macam larutan pada pH yang berbeda-beda, digunakan beberapa macam pH yang berbeda-beda agar dapat ditentukan pada
pH berapa enzim bekerja dengan baik. Larutan ini
ditambahkan larutan pati atau kanji 1% dan saliva encer,
kemudian di uji dengan ditetesi indikator iodin maupun dengan uji benedict. Prinsip
uji pengaruh suhu pada aktivtas amilase air liur ialah percobaan
yang akan menentukan suhu optimum dari enzim amilase. Masing-masing tabung yang
berisi saliva dan akuades ditempatkan pada suhu yang berbeda-beda kemudian
ditambahkan dengan larutan pati atau kanji 1%. Selanjutnya, di uji dengan
ditetesi indikator iodin dan uji benedict. Saliva
mempunyai pH antara5,75 sampai 7,05. Umumnya pH saliva adalah sedikit dibawah
7. Enzim ptialin dalam saliva ialah suatu enzim amilase. Enzim ptialin bekerja
secara optimal pada pH 6,6. Enzim amilase bekerja optimal paada
suhu tubuh manusia yaitu 37oC sebab enzim tersebut terdapat
dalam air liur dalam tubuh sehingga suhunya sama dengan suhu tubuh (Poedjiadi
2005). Berdasarkan percobaan pengaruh suhu terhadap aktivitas amilase air liur,
diperoleh hasil negatif yang ditandai dengan terbentuknya warna cokelat pada
suhu 10; 30; dan 37oC, sedangkan pada suhu 80oC hasilnya
positif ditandai terbentuknya warna biru kehitaman yang dihasilkan pada uji iod.
Hasil uji benedict ialah pada suhu 10; 30; 37; dan 80oC menghasilkan
hasil positif (adanya gula pereduksi) yang ditandai dengan terbentuknya warna
hijau. Seharusnya, pada suhu 80oC dihasilkan hasil negatif (tidak
ada gula pereduksi), hal ini karena pada suhu 80oC enzim amilase
mengalami denaturasi sehingga tidak dapat menghidrolisis amilum atau pati. Suhu
tinggi pada enzim akan mengalami denaturasi sehingga tidak aktif lagi,
sedangkan pada suhu rendah aktivitas enzim berlangsung sangat lambat.
Berdasarkan percobaan pengaruh pH terhadap aktivitas amilase air liur,
diperoleh hasil negatif yang ditandai dengan terbentuknya warna kuning
kecoklatan pada pH 7 dan 9, sedangkan pada pH 1 dan 5 hasilnya positif ditandai
terbentuknya warna biru kehijauan yang dihasilkan pada uji iod. Hasil uji
benedict ialah pada pH 1, 5, 7, dan 9 menghasilkan hasil positif (ada gula
pereduksi) yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau. Seharusnya, pada pH 1
dan 5 dihasilkan hasil negatif (tidak ada gula pereduksi), hal ini karena enzim
amilase pH optimumnya sedikit asam yaitu sekitar 6,6 sehingga tidak dapat
bekerja pada pH asam. Hal ini dapat terjadi mungkin dikarenakan pati yang
digunakan dalam percobaan ialah pati matang sehingga sudah terhidrolisis dalam
bentuk dekstrin-dekstrin. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim ialah
suhu, pH, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat. Pengaruh suhu, suhu
optimum enzim yaitu suhu dimana enzim memiliki aktivitas maksimal. Suhu optimum
sekitar 37oC, di bawah atau di atas suhu optimum, aktivitas enzim
menurun. Suhu mendekati titik beku tidak merusak enzim, tetapi enzim tidak
aktif. Jika suhu dinaikkan, maka aktivitas enzim meningkat. Namun, kenaikan
suhu yang cukup besar dapat menyebabkan enzim mengalami denaturasi dn mematikan
aktivitas katalisisnya. Berikut kurva pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim:
Gambar Kurva
Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim
(Yazid dan
Nursanti 2006)
Pengaruh pH, umumnya pH optimum enzim sekitar 6,8 atau
umumnya sekitar pH jaringan dimana enzim berada. Saat pH jauh di atas pH
optimum, enzim akan mengalami denaturasi. Berikut kurva pengaruh pH terhadap
aktivitas enzim:
Gambar Kurva
Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim
(Yazid dan
Nursanti 2006)
Pengaruh konsentrasi enzim, bertambahnya konsentrasi
enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis, dengan kata lain kecepatan
reaksi enzimatis (V) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim (E) sampai batas
tertentu, sehingga reaksi mengalami kesetimbangan. Saat setimbang, peningkatan
konsentrasi enzim sudah tidak berpengaruh. Pengaruh konsentrasi substrat,
peningkatan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi enzimatis
sampai mencapai kecepatan maksimum yang tetap. Saat titik maksimum, semua enzim
telah jenuh dengan substrat, sehingga penambahan substrat sudah tidak akan
meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis. Berikut kurva pengaruh konsentrasi
substrat terhadap aktivitas enzim:
Gambar Kurva
Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Aktivitas Enzim
(Yazid dan
Nursanti 2006)
Hidrolisis
pati matang dan mentah oleh amilase air liur. Prinsip
hidrolisis pati matang dan mentah ialah percobaan yang akan menentukan hidrolisis
pati oleh enzim amilase. Tabung reaksi diisi dengan air liur dan kanji lalu
dipanaskan dan di uji dengan pereaksi yodium sampai titik akromatik pada waktu
yang berbeda-beda. Saat percobaan hidrolisis pati matang oleh amilase air liur,
pengujian terhadap pereaksi yodium dihentikan ketika sudah tercapai titik
akromatik. Titik akromatik ialah titik saat larutan uji
dengan larutan iod menghasilkan reaksi negatif (pati sudah hilang). Sedangkan
uji Benedict menunjukkan hasil yang positif (Girindra 1986). Berdasarkan
percobaan hidrolisis pati matang oleh amilase air liur, diperoleh hasil negatif
saat menit pertama sampai menit terakhir pada uji iod ditandai terbentuknya
warna coklat dan diperoleh hasil positif pada uji benedict ditandai
terbentuknya warna hijau. Seharusnya hidrolisis pati menjadi maltosa
berlangsung paling cepat sekitar lima menit saat dipanaskan, akan tetapi pada
percobaan dihasilkan pada menit pertama. Hal ini mungkin karena pati yang
digunakan ialah pati matang yang sudah terhidrolisis menjadi maltosa. Berdasarkan
percobaan hidrolisis pati mentah oleh amilase air liur, diperoleh hasil negatif
saat menit ke-30 pada uji iod ditandai terbentuknya warna coklat dan diperoleh
hasil negatif pada uji benedict saat menit pertama sampai terakhir ditandai
terbentuknya warna biru. Seharusnya pada uji benedict saat menit ke-30
menghasilkan hasil positif, karena saat uji iod negatif berarti pati sudah
terhidrolisis menjadi maltosa, maltosa merupakan gula pereduksi sehingga bila
di uji dengan uji benedict akan menghasilkan hasil yang positif. Hasil
percobaan tidak sesuai dengan seharusnya mungkin karena pati belum
terhidrolisis secara sempurna. Dapat disimpulkan bahwa perbedaan pati mentah
dan pati matang terletak pada proses pemanasan. Pati matang lebih cepat
terhidrolisis menjadi maltosa yang dibuktikan pada percobaan sudah
terhidrolisis pada menit pertama, sedangkan pati mentah lebih lama
terhidrolisis menjadi maltosa yang dibuktikan pada percobaan terhidrolisis pada
menit ke-30. Hal ini karena pati matang sebelumnya sudah dilakukan pemanasan
terlebih dahulu sehingga sudah terhidrolisis sebagian, sehingga saat dilakukan
pemanasan untuk kedua kalinya dapat terhidrolisis sempurna dalam waktu yang
lebih cepat dibandingkan dengan pati matang yang sebelumnya belum dilakukan
pemanasan.
Simpulan
Berdasarkan percobaan pengaruh suhu, diperoleh hasil
negatif pada suhu 10; 30; dan 37oC (warna cokelat), sedangkan suhu
80oC hasilnya positif ditandai (warna biru kehitaman) yang
dihasilkan pada uji iod. Hasil uji benedict ialah pada suhu 10; 30; 37; dan 80oC
menghasilkan hasil positif (warna hijau). Hasil uji pengaruh pH, hasil negatif (warna
kuning kecoklatan) pada pH 7 dan 9, sedangkan pH 1 dan 5 hasilnya positif (warna
biru kehijauan) yang dihasilkan pada uji iod. Hasil uji benedict ialah pH 1, 5,
7, dan 9 menghasilkan hasil positif (warna hijau). Percobaan hidrolisis pati
matang oleh amilase air liur, diperoleh hasil negatif saat menit pertama sampai
terakhir pada uji iod ditandai terbentuknya warna coklat dan diperoleh hasil
positif, uji benedict ditandai terbentuknya warna hijau. Percobaan hidrolisis
pati mentah oleh amilase air liur, diperoleh hasil negatif saat menit ke-30
pada uji iod ditandai terbentuknya warna coklat dan diperoleh hasil negatif
pada uji benedict saat menit pertama sampai terakhir ditandai terbentuknya
warna biru.
Daftar Pustaka
Astawan M. 2009.
Sehat dengan Hidangan Kacang dan
Biji-Bijian. Jakarta: Penebar Swadaya.
Girindra A.
1986. Enzim dalam Biokimia 1. Jakarta: Gramedia.
Poedjiadi
A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Setiadi.
2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Winarno.
1992. Biofermentasi dan Biosintesa
Protein. Bandung: PT. Angkasa.
Yazid E. Dan L.
Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum
Biokimia untuk Mahasiswa Analis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Jangan lupa komentar dan sarannya setelah membaca ^^
ReplyDeleteAnda dapat memberikan komentar dan saran berupa perkataan atau dengan memberikan point emoticon seperti ini :):):)
Tiga emoticon tersebut menandakan penilaian sangat bagus untuk penulisan laporan tersebut ^^
Jika ada koreksi dari penulisan laporan yang saya buat, silahkan berikan komentar di blog ini. Terimakasih sudah mengunjungi blog ini ^^
thankyou very much. this is very help meee <3
ReplyDeleteMy pleasure :)
DeleteThanks for visiting my blog ^^
mantap lanjutkan
ReplyDeletemaaf ka sebelumnya, izin menggunakan gambarnya sebagai referensi laporan praktikum ka, boleh tau nama kaka untuk sits ka? terima kasih
ReplyDeletesilahkan @nisa, saya senang bisa membantu dalam pembuatan laporan. Nama saya tiara. Maaf jika saya sangat telat membalas comment, dikarenakan br aktif kembali ^^
Delete