Laporan Biokimia
PENGUJIAN MINERAL ABU
TULANG
Pendahuluan
Mineral ialah bagian
dari tubuh yang memegang peranan dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat
sel, jaringn, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral berperan
dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas
enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk
mengatur kerja enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam basa, membantu
transfer ikatan-ikatan penting melelui membran sel dan pemeliharaan kepekaan
otot dan syaraf terhadap rangsangan (Almatsier 2001).
Mineral terdiri dari
mineral esensial dan non esensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat
diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim
atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas
dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan
untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh.
Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit
dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil (Arifin
2008). Mineral makro terdiri dari unsur-unsur
natrium (Na), kalium (K), klor (Cl), kalsium (Ca), fosfor (P), dan
magnesium (Mg). Mineral makro dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100
mg/hari. Mineral mikro terdiri dari unsur-unsur besi (Fe), seng(Zn), iodium
(I), tembaga (Cu), krom (Cr), Selenium (Se), dan Fluor (F). Mineral mikro
dibutuhkan tubuh dalam jumlah kurang dari 100 mg/hari (Almatsier 2001).
Mineral non esensial ialah logam yang
perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam
jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh
makhluk hidup yang bersangkutan. Selain itu, mengakibatkan keracunan dan dapat
menyebabkan penyakit defisiensi (Arifin 2008). Mineral yang di uji dalam
percobaan ialah keberadaan unsur klor (Cl), sulfat (SO4), kalsium
(Ca), fosfat (PO4), magnesium (Mg), dan besi (Fe).
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan
adalah gelas piala, corong, batang pengaduk, tabung reaksi,
pinggan porselen, tanur, mortar dan pestle, pipet mohr, bulb merah dan hitam,
pipet tetes, kaki tiga, kasa, bunsen, dan stopwatch.
Bahan yang digunakan adalah tepung tulang, HNO3
10%, AgNO3 2%, HCl 10%, lakmus biru dan merah, BaCl2,
asam asetat 10%, amonium oksalat 1%, urea 10%, molibdat khusus, larutan
ferosulfat khusus, amonium karbonat, amonium klorida, dinatrium hidrogen
fosfat, amonium hidroksida, amonium tiosianat, dan kalium ferosianida.
Prosedur
Pembuatan
abu tulang. Pertama, disiapkan semua peralatan yang
bersih dan kering, kemudian dimasukkan 3-5 gram tepung tulang dalam pinggan
porselen. Selanjutnya, dipanaskan dalam tanur, kemudian abu tulang didinginkan
dan dihaluskan atau digerus dengan mortar. Setelah itu, dimasukkan kembali ke
pinggan porselen dan diabukan dengan pembakar bunsen sampai berwrna putih. Abu
putih dibarkan dingin, kemudian dimasukkan dalam gelas piala. Selanjutnya,
ditambahkan 50 ml HNO3 10% dan diaduk sampai abu larut, kemudian
ditambahkkan akuades 50 ml. Setelah itu, larutan disaring dan filtrat diambil dan
ditampung dalam gelas piala serta ditambahkan NH4OH pekat sampai filtrat basa.
Endapan putih yang tebal bukti adanya fosfat, kemudian larutan disaring
kembali. Filtrat dan endapan di ui secara terpisah.
Uji
klorida (pengujian filtrat). Pertama, filtrat
dimasukkan 1 ml dalam tabung reaksi, kemudian diasamkan dengan HNO3
10%. Selanjutnya, ditambahkan AgNO3 2%. Endapan putih bukti adanya
klor.
Uji
sulfat (pengujian filtrat). Pertama, filtrat
dimasukkan 1 ml dalam tabung reaksi, kemudian diasamkan dengan HCl 10%.
Selanjutnya, ditambahkan BaCl2. Endapan putih bukti adanya sulfat.
Pengujian
endapan. Endapan yang terdapat dalam gelas piala ditambahkan
15 ml asam asetat 10 %. Sisa endapan yang tidak larut untuk uji besi.
Selanjutnya, larutan disaring dan filtrat dimasukkan dalam gelas piala untuk
dilakukan pengujian.
Uji
kalsium (pengujian endapan). Pertama, filtrat
dimasukkan 2 ml dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml amonium oksalat
1%. Endapan putih bukti adanya kalsium.
Uji
fosfat (pengujian endapan). Pertama, filtrat dimasukkan 1 ml
dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml urea 10% dan molibdat khusus.
Selanjutnya, ditambahkan 1 ml larutan ferosulfat khusus. Warna biru yang terus
pekat bukti adanya fosfat.
Uji
magnesium (pengujian endapan). Pertama, filtrat
dimasukkan 3 ml dalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan dan ditambahkan
sedikit-sedikit kristal amonium karbonat dan amonium klorida selam endapan
masih terbentuk. Selanjutnya, disaring dan filtrat dimasukkan kristal dinatrium
hidrogen fosfat dan larutan amonium hidroksida sampai basa. Endapan putih yang
terbentuk bukti adanya megnesium.
Uji
besi (pengujian endapan). Pertama, endapan yang tidak larut
dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml larutan HCl 10%.
Selanjutnya, ke dalam 1 ml larutan amonium tiosianat dimasukkan filtrat asam
klorida. Warna merah yang terbentuk bukti adanya besi. Selanjutnya dilakukan
uji kedua. Pertama, filtrat dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 1 ml larutan kalium ferosianida. Warna biru atau hijau yang
terbentuk bukti adanya besi.
Hasil
Pengamatan
Tabel 1 Data Hasil Penentuan Uji Mineral
Uji
|
Hasil Pengamatan
|
Perubahan Warna
|
|
Filtrat
|
|
|
|
1.
Uji Sulfat
|
-
|
Tidak berwarna menjadi tidak berwarna
|
|
2.
Uji Klorida
|
+
|
Tidak berwarna menjadi endapan putih
|
|
Endapan
|
|
|
|
1.
Uji kalsium
|
+
|
Tidak berwarna menjadi endapan putih
|
|
2.
Uji Fosfat
|
+
|
Tidak berwarna menjadi biru seulas
|
|
3.
Uji Magnesium
|
+
|
Tidak berwarna menjadi endapan putih
|
|
4.
Uji Besi I Fe3+ (tiosianat)
|
+
|
Tidak berwarna menjadi merah
|
|
Uji
|
Hasil Pengamatan
|
Perubahan Warna
|
|
5.
Uji Besi II Fe2+ (ferosianida)
|
+
|
Tidak berwarna menjadi hijau
|
Gambar 1 Hasil Penentuan Mineral
Abu Tulang pada Uji (a) klorida (b) sulfat (c)
kalsium (d) fosfat (e) magnesium
(f) besi I (g) besi II
Pembahasan
Metode gravimeti merupakan
salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah
diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui prose pemisahan.
Analisis gravimetri ialah proses isolasi dan pengukurn berat suatu unsur atau
senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri
meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera
diubah menjadi bentuk yang dapat di timbang dengan teliti (Khopkar 2002).
Analat direaksikan sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itulah yang di
timbang, bahan pengendapnya mungkin anorganik mungkin pula organik (Harjadi
1993). Logam
esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan, sehingga logam golongan ini
merupakan unsur nutrisi penting yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan
proses fisiologis atau disebut penyakit defisiensi mineral. Komposisi atau komponen mineral yang terdapat dalam
tulang ialah kalsium, fosfor, besi, cobalt (kobalt) dan beberapa mineral esensial
lainnya, tapi mineral-mineral diataslah yang paling banyak kandunganya sebagai
penyusun tulang (Darmono 1995).
Uji
klorida. Prinsip dari uji klorida ialah untuk menguji
keberadaan klorida pada filtrat dari abu tulang sapi dengan cara filtrat
diasamkan dengan HNO3 dan ditambahkan AgNO3, sehingga
menghasilkan endapan putih AgCl yang menandakan hasil uji positif mengandung
klor. Berdasarkan
percobaan, dihasilkan filtrat abu tulang positif mengandung unsur klor (Cl)
yang ditandai terbentuk endapan putih. Hal ini sesuai dengan literatur, karena
klor termasuk mineral esensial yang terdapat dalam tulang sapi (Darmono 1995). Fungsi
penambahan HNO3 10% ialah untuk memisahkan mineral dari filtrat sehingga
mineral mudah diikat oleh senyawa reaktif lain yang dapat bereaksi dengan
mineral membentuk suatu endapan putih dalam larutan. Senyawa AgNO3
merupakan garam yang dapat bereaksi dengan klorida sehingga klorida membentuk
endapan bersama AgNO3 menjadi senyawa AgCl dengan reaksi sebagai
berikut:
Gambar 2 Reaksi Uji Klorida (Suharjdo 1886)
Fungsi unsur klorida dalam tubuh ialah memelihara keseimbangan
cairan dan elektrolit. Dampak kekurangan unsur klorida ialah
gangguan keseimbangan asam-basa. Dampak kelebihan ialah dapat menybabkan
muntah-muntah (Almatsier 2001).
Uji
sulfat. Prinsip dari uji sulfat ialah untuk menguji
keberadaan sulfat pada filtrat dari abu tulang sapi dengan cara filtrat
diasamkan dengan HCl dan ditambahkan BaCl2, sehingga menghasilkan
endapan putih BaSO4 yang menandakan hasil uji positif mengandung
sulfat. Berdasarkan
percobaan, dihasilkan filtrat abu tulang negatif mengandung unsur sulfat yang
ditandai tidak terbentuk endapan putih, tetapi masih dalam warna awal yaitu
tidak berwarna. Hal ini sesuai dengan literatur, bahwa sulfat tidak terdapat
dalam tulang sapi (Darmono 1995). Fungsi penambahan HCl ialah
untuk memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral mudah diikat oleh
senyawa reaktif lain yang dapat bereaksi dengan mineral membentuk suatu endapan
putih dalam larutan. Senyawa BaCl2 merupakan garam yang dapat
bereaksi dengan sulfat sehingga sulfat membentuk endapan bersama BaCl2
menjadi senyawa BaSO4 dengan reaksi sebagai berikut:
Gambar 3 Reaksi Uji Sulfat (Suharjdo 1886)
Uji
kalsium. Prinsip dari uji kalsium ialah untuk menguji
keberadaan kalsium pada endapan dari abu tulang sapi dengan cara endapan yang
telah disaring filtatnya ditambahkan amonium oksalat, sehingga menghasilkan
endapan putih kalsium oksalat yang menandakan hasil uji positif mengandung
kalsium. Berdasarkan percobaan, dihasilkan filtrat dari endapan pada abu tulang
positif mengandung unsur kalsium yang ditandai terbentuk endapan putih. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan pada tulang sapi mengandung unsur
kalsium (Darmono 1995). Fungsi penambahan amonium oksalat ialah agar amonium
oksalat dapat bereaksi membentuk endapan putih bersama kalsium dengan reaksi
sebagai berikut:
Gambar 4 Reaksi Uji Kalsium (Suharjdo
1886)
Fungsi unsur kalsium dalam tubuh ialah untuk
pembentukan tulang dan gigi, mengatur pembekuan darah, dan mengatur kontraksi
otot. Dampak kelebihan kalsium ialah menyebabkan batu ginjal atau gangguan
ginjal dan konstipasi. Dampak kekurangan kalsium ialah gangguan pertumbuhan,
tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh, serta osteoporosis (Almatsier
2001).
Uji
fosfat. Prinsip dari uji fosfat ialah untuk menguji
keberadaan fosfat pada endapan dari abu tulang sapi dengan cara endapan yang
telah disaring filtatnya ditambahkan urea, molibdat khusus, dan ferosulfat
khusus. Sehingga menghasilkan warna biru yang semakin pekat (dihasilkan dari senyawa
ferosulfat yang reaktif dengan fosfat dan membentuk senyawa berwarna) yang
menandakan hasil uji positif mengandung fosfat. Berdasarkan percobaan,
dihasilkan filtrat dari endapan pada abu tulang positif mengandung unsur fosfat
yang ditandai terbentuk warna biru. Hal ini tidak sesuai dengan literatur,
seharusnya fosfat tidak terdapat dalam tulang sapi (Darmono 1995). Fungsi
penambahan urea dan molibdat khusus ialah untuk memisahkan mineral dari filtrat
sehingga mineral mudah diikat oleh senyawa reaktif lain yang dapat bereaksi
dengan mineral membentuk senyawa berwarna biru. Senyawa ferosulfat khusus merupakan
senyawa yang dapat bereaksi dengan fosfat sehingga membentuk senyawa berwarna dengan reaksi sebagai berikut:
Gambar 5 Reaksi Uji Fosfat (Suharjdo 1886)
Fungsi mineral fosfat dalam tubuh ialah berperan dalam
pembentukan tulang, gigi, enersi sel, membran sel, dan DNA. Dampak kekurangan
fosfat ialah menimbulkan penyakit hipofosfatemia, tubuh menjadi lemah, kelainan
sel darah, kelainan usus, dan gangguan ginjal. Dampak kelebihan fosfat ialah
menimbulkan penyakit hiperfosfatemia atau tulang rapuh dan
mudah nyeri atau patah (Almatsier 2001).
Uji magnesium. Prinsip
dari uji magnesium ialah untuk menguji keberadaan magnesium pada endapan dari
abu tulang sapi dengan cara endapan yang telah disaring filtatnya ditambahkan kristal
dinatrium hidrogen fosfat dan larutan amonium hidroksida, sehingga menghasilkan
endapan putih yang menandakan hasil uji positif magnesium. Berdasarkan
percobaan, dihasilkan filtrat dari endapan pada abu tulang positif mengandung
unsur magnesium yang ditandai terbentuk endapan putih. Hal ini sesuai dengan
literatur, bahwa di dalam tulang sapi terdapat unsur magnesium (Darmono 1995). Fungsi
pemanasan dilakukan agar filtrat lebih rektif dan mineral dapat sedikit
melonggar ikatan senyawanya dengan senyawa lain dalam filtrat. Fungsi
penambahan kristal dinatrium hidrogen fosfat dan larutan amonium hidroksida
ialah agar kristal bereaksi dengan magnesium dengan ditandai adanya endapan
putih pada larutan dengan reaksi sebagai berikut:
Gambar 6 Reaksi Uji Magnesium (Suharjdo 1886)
Fungsi unsur magnesium dalam tubuh ialah sebagai zat
yang membentuk sel darah merah berupa zat pengikat oksigen dan hemoglobin,
sintesis protein, pembentuk tulang, menjaga kesehatan otot dan syaraf, dan
menjaga enzim yang diperlukan untuk mengeluarkan tenaga dalam tubuh. Dampak
kekurangan magnesium ialah pengontrolan terhadap otot hilang dan gangguan emosi
mental dan otot . Dampak kelebihan magnesium ialah tubuh menjadi lemas,
muntah-muntah, tekanan darah rendah, dan gangguan sistem syaraf (Almatsier
2001).
Uji besi. Prinsip
dari uji besi ialah untuk menguji keberadaan besi pada endapan dari abu tulang
sapi dengan cara endapan yang telah disaring filtatnya ditambahkan HCl dan
amonium tiosianat, sehingga menghasilkan warna merah yang menandakan hasil uji
positif besi. Uji besi yang kedua filtrat ditambahkan larutan
kalium ferosianida, sehingga menghasilkan warna biru atau hijau yang menandakan
hasil uji positif besi. Berdasarkan percobaan, dihasilkan filtrat dari endapan
yang tidak larut pada abu tulang positif mengandung unsur besi I (tiosianat)
ditandai terbentuknya warna merah dan besi II (ferosianida) ditandai terbentukya
warna hijau. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan pada tulang sapi
mengandung unsur besi (Darmono 1995). Fungsi penambahan HCl ialah untuk mempermudah
mineral bereaksi dengan senyawa indikator atau senyawa penguji sehingga mineral
dapat bereaksi dengan senyawa penguji membentuk endapan berwarna atau
persenyawaan berwarna. Fungsi penambahan amonium tiosianat pada uji besi I dan
penambahan kalium ferosianida pada uji besi II ialah agar kedua larutan
tersebut bereaksi dengan besi membentuk senyawa berwarna dengan reaksi sebagai
berikut:
Gambar 7 Reaksi Uji Besi I (Suharjdo 1886)
Gambar 8 Reaksi Uji Besi II (Suharjdo 1886)
Fungsi unsur
besi dalam tubuh ialah membentuk hemoglobin dan mioglobin dan sebagai bagian
dari susunan enzim. Dampak apabila kekurangan unsur besi ialah akan mempengaruhi
pembentukan Hb yang dapat berakibat timbulnya penyakit anemia (Arifin 2008).
Dampak apabila kekurangan unsur besi ialah denyut jantung meningkat,
menyebabkan muntah, dan diare (Almatsier 2001).
Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan
hasil uji mineral pada tulang sapi mengandung unsur klorida, kalsium, fosfat,
magnesium, dan besi.
Daftar
Pustaka
Almatsier S.
2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arifin Z. 2008. Beberapa Unsur
Mineral Esensial Mikro dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian 27(3): 99-105. Balai
Besar Penelitian Veteriner. Bogor.
Darmono.
1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press.
Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Suharjdo.
1886. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia.
Comments
Post a Comment