Laporan Kimia Industri
PENGUJIAN KUALITATIF BAHAN
BERBAHAYA DALAM SUSU CAIR DAN SUSU BUBUK
Pendahuluan
Proses penanganan,
pengolahan, pengawetan, dan penyimpanan bahan pangan yang kurang baik dapat
menimbulkan kerusakan suatu produk pangan terutama dalam hal kualitas dan keamanan
pangannya. Faktor-faktor keamanan pangan yang penting antara lain bebas cemaran
dari mikrobiologi, bahan-bahan kimia (pestisida), logam berat, antibiotika, dan
racun (Usmiati 2007). Susu merupakan salah satu pangan yang tinggi kandungan
giznya, bila ditinjau dar kandungan protein, lemak, mineral, dan beberapa
vitamin ( Dwiyanti 2005). Terutama pada kasus penderita gizi buruk, susu
merupakan pilihan pertama. Sehingga ketersediaan susu perlu diperhatiakn untuk
memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan (Murdiati 2004).
Agar dapat dikonsumsi,
susu harus memenuhi persyaratan keamanan pangan karena merupakan media
pertumbuhan yang baik bagi mikroba serta mudah terkontaminasi oleh bakteri
patogen dari lingkungan, residu pestisida, logam berat, dan aflatoksin dari
pakan yang diberikan kepada ternak, serta residu antibiotika saat pengobatan
penyakit (Kardiaz 1992). Jika bahan-bahan berbahaya tersebut terdapat dalam
susu, dapat berbahaya bagi kesehatan manusia. Usaha memenuhi ketersediaan susu
harus disertai dengan usaha meningkatkan kaulitas dan keamanan produk susu,
karena seberapa pun tinggi nilai gizi suatu pangan tidak akan ada artinya
apabila pangan tersebut berbahay bagi kesehatan (Murdiati 2004).
Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengujian bahan berbahaya dalam susu. Prinsipnya ialah analisis
kualitatif dengan mereaksikan sampel susu dengan pereaksi-pereaksi yang akan
menghasilkan perubahan warna yang khas dari bahan berbahaya tersebut dalam
susu.
Alat
dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan adalah neraca analitik, corong pemisah, pinggan porselen, kaca
arloji, spatula, pipet mohr, bulp, tabung reaksi, penangas gliserin, pipet
tetes, gelas piala, dan batang pengaduk.
Bahan-bahan
yang digunakan adalah sampel susu bubuk, asam asetat 4 M, eter, akuades, FeCl3
10%, H2SO4 (p), HNO3 65%, NH4OH
10%, (NH4)2S kuning, asam vanadat dalam asam sulfat encer
4 N, asam asetat 30%, Na2S 1 M, NaHCO3 kristal, dan
kalium ferrosianida.
Prosedur
Penetapan
Asam Salisilat dan Asam Benzoat. Pertama, ditimbang
sampel susu sebanyak 50 gram dan dimasukkan dalam gelas piala, kemudian
ditambahkan 1-2 ml asam asetat 4 M dan 20 ml eter. Selanjutnya, campuran dimasukkan
dalam corong pisah dan dikocok, kemudian dipisahkan lapisan eternya. Setelah
itu, lapisan air ditambahkan lagi 20 ml eter dan dikocok, kemudian eter
dipisahkan dan digabung dengan lapisan eter yang pertama. Larutan eter diuapkan
dalam pinggan porselen sampai kering, kemudian residu ditambah 10-20 ml dengan
air suling dan larutan dibagi dua. Bagian pertama ditambah beberapa tetes FeCl3
10%, diamati warna yang terbentuk. Warna lembayung tanda adanya asam salisilat.
Bagian kedua, ditambahkan 10 tetes asam sulfat pekat dan 1-2 ml HNO3
65%, kemudian campuran dipanaskan dalam penangas gliserin 1300C
selama 10 menit dan didinginkan. Campuran ditambahkan 3-5 ml air suling dan NH4OH
10% sampai basa, kemudian dididihkan dan didinginkan. Selanjutnya, campuran
ditambahkan beberapa tetes (NH4)2S kuning, kemudian
diamati warna yang terbentuk warna coklat adanya asam benzoat.
Penetapan Peroksida. Pertama,
dimasukkan 10 ml contoh susu cair dalam gelas piala dan ditanbahkan 0.5 ml
larutan asam vanadat dalam asam sulfat encer 4 N, kemudian diamati warna yang
terbentuk. Warna merah menandakan adanya hidrogen peroksida.
Penetapan Logam
Berbahaya. Cara pertama, 50 ml larutan contoh susu dimasukkan dalam gelas
piala, kemudian ditambahkan 1 ml asam asetat 30% dan Na2S 1 M. Selanjutnya,
diamati perubahan warna yang terjadi, tidak ada perubahan warna berarti tidak
ada logam berbahaya. Cara kedua, 50 ml contoh susu dimasukkan dalam gelas
piala, kemudian ditambahkan 1 ml asam asetat 30%; 0.5 gram NaHCO3;
dan 5 tetes kalium ferrosianida. Selanjutnya, dibiarkan 30 menit dan diamati
kekeruhan yang terjadi, tidak ada kekeruhan berarti tidak ada logam berbahaya.
Hasil
Percobaan
Tabel 1 Hasil Pengujian Kualitatif Bahan
Berbahaya dalam Susu
Jenis Pengujian
|
Hasil Pengamatan
|
Warna
|
|
Susu Cair
|
Susu Bubuk
|
||
Asam Salisilat
|
-
|
-
|
-
|
Asam Benzoat
|
-
|
-
|
-
|
Logam Berbahaya (Cara 1)
|
-
|
+
|
Hitam
|
Logam Berbahaya (Cara 2)
|
-
|
+
|
Keruh
|
Ket: (+) Ada / terdapat bahan berbahaya
(-) Tidak terdapat bahan berbahaya
Pembahasan
Prinsip
umum penentuan asam salisilat dan asam benzoat dalam susu adalah sampel yang
mengandung asam benzoat dan asam salisilat diasamkan, maka akan terbentuk asam
benzoat atau asam salisilat yang larut dalam air yang dapat diekstrak dengan petroleum
eter (PE), PE dapat dihilangkan dengan penguapan. Residu yang mengandung asam
salisilat dan asam benzoat dianalisis. Prinsip dari penentuan asam salisilat
adalah larutan direaksikan dengan FeCl3 10% membentuk kompleks
berwarna lembayung. Besi (III) klorida bereaksi dengan gugus fenol yang
terdapat pada asam salisilat membentuk kompleks lembayung. Reaksi yang terjadi
adalah:
Gambar 1 Reaksi asam salisilat
dengan FeCl3
Prinsip
dari penentuan asam benzoat adalah larutan direaksikan dengan (NH4)2S
kuning membentuk kompleks berwarna coklat. Saat percobaan penentuan asam
salisilat dan asam benzoat digunakan pereaksi asam asetat yang berfungsi
membentuk asam benzoat atau asam salisilat dalam sampel larut air sehingga saat
residu ditambahkan air suling dapat terlarut didalamnya dan berfungsi
mengendapkan susu. Hal ini karena asam salisilat sedikit larut dalam air dan
mudah larut dalam pelarut organik. Selain itu, digunakan pereaksi petroleum
eter yang berfungsi melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat non polar. Fungsi
penguapan adalah agar petroleum eter menguap, sehingga diperoleh asam salisilat
dan asam benzoat murni. Saat percobaan asam salisilat digunakan FeCl3
yang berfungsi sebagai pengkompleks dan fungsi asam salisilat dalam penentuan
asam benzoat untuk mencegah terdapatnya arang atau residu saat pemanasan. Tujuan
dari pemanasan dengan penangas gliserin adalah agar suhunya tetap stabil dan
konstan karena reaksi pada gliserin berjalan lambat, sedangkan jika menggunakan
air suhu pemanasan akan berjalan cepat karena titik didih air 100oC.
Fungsi dari penambahan NH4OH agar membuat larutan dalam suasana
basa, karena reaksi berlangsung dalam suasana asam. Setelah itu ada proses
pemanasan dengan tujuan untuk menghilangkan sisa NH4 yang berlebih.
Fungsi penambahan (NH4)2S sebagai pengkompleks dalam
menghasilkan kompleks warna coklat.
Berdasarkan percobaan dihasilkan uji
bahan berbahaya negatif untuk susu bubuk dan cair. Asam salisilat digunakan
sebagai pengawet dalam makanan dan minuman, akan tetapi bila kandungan asam
salisilat yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti
pengerasan dinding pembuluh darah dan kanker saluran pencernaan. Menurut SNI –
01 – 0222 – 1995 kandungan 600 mg/kg untuk asam benzoat.
Prinsip penentuan logam berbahaya
adalah larutan yang direaksikan dengan (NH4)2S dalam
suasana asam menghasilkan kompleks warna. Fungsi penambahan asam asetat 30%
untuk mendenaturasi protein, (NH4)2S sebagai pereaksi
spesifik (pengkompleks). Reaksi yang terjadi adalah:
2
CH3COOH + Na2S 2CH3COONa + H2S (Svehla 1985)
Jika
logam:
Pb2+
+ H2S PbS
+ 2H+ (endapan hitam)
Zn2+
+ H2S ZnS + 2H+ (endapan putih)
2As3+
+ 3H2S As2S3
+ 6H+ (endapan kuning)
Hg22+
+ H2S Hg + HgS + 2H+ (endapan hitam)
Reaksi
yang terjadi pada percobaan cara 2 adalah:
Pb2+
+ CN- P(CN)2 (endapan putih) (Svehla 1985)
Berdasarkan
percobaan diperoleh hasil pengujian logam berbahaya negatif untuk susu cair,
akan tetapi positif untuk susu bubuk. Seharusnya, susu bubuk menghasilkan hasil
yang negatif, hal ini dikarenakan ada kontaminasi dari alat. Kalium
ferrosianida berfungsi sebagai senyawa pengkelat. Menurut SNI-01-3951-1995
kandungan atau batas logam berbahaya untuk As 1 ppm, Pb 1 ppm, Cu 2 ppm, dan Zn
5 ppm. Jika jumlah logam berbahaya melebihi batas yang ditentukan, dapat
menimbulkan gangguan kesehatan seperti penyebab penyakit kanker.
Simpulan
Berdasarkan
percobaan diperoleh susu cair negatif untuk semua jenis pengujian, sedangkan
susu bubuk positif untuk pengujian logam berbahaya.
Daftar
Pustaka
Dwiyanti
G. 2005. Pengaruh Penambahan Aktivator Laktoperoksidase Terhadap Ketahanan Susu Sapi Segar. Jurnal MIPA ISSN:
1412-0917. FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi pengolahan pangan lanjut.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Murdiati
TB. 2004. Susu Pasteurisasi dan Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point). JITV 9(3): 172-180.
Balai Penelitian Veteriner. Bogor.
Svehla
G. 1995. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makrodan Semimikro. Setiono L
dan Pudjaatmaka AH, penerjemah. Jakarta. Kalman Media Pustaka. Terjemahan dari:
Textbook of Macro and Semimicro
Qualitative Inorganic Analysis.
Usmiati
S. 2007. TEKNOLOGI PENANGANAN DAN PENGAMANAN SUSU SEGAR DAN OLAHANNYA. Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.
Jangan lupa komentar dan sarannya setelah membaca ^^
ReplyDeleteAnda dapat memberikan komentar dan saran berupa perkataan atau dengan memberikan point emoticon seperti ini :):):)
Tiga emoticon tersebut menandakan penilaian sangat bagus untuk penulisan laporan tersebut ^^
Jika ada koreksi dari penulisan laporan yang saya buat, silahkan berikan komentar di blog ini. Terimakasih sudah mengunjungi blog ini ^^