Laporan Biokimia
SIFAT DAN SUSUNAN AIR LIUR
Pendahuluan
Tubuh manusia sebagian besar terdiri
atas cairan. Cairan tubuh dibagi menjadi dua berdasarkan tempat terdapatnya.
Ada cairan intrasel (dalam sel) dan ekstrasel (luar sel). Percobaan kali ini
membahas tentang cairan tubuh yang terdapat di luar sel, yang merupakan hasil
ekskresi dari kelenjarnya. Cairan yang dibahas ialah air liur (saliva). Cairan
mulut adalah sekelompok cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar saliva di dalam
rongga mulut dan disebarkan melalui celah diantara permukaan gigi dan gusi yang
disebut sulkus ginggivalis. Cairan mulut ini sering disebut sebagai saliva atau
yang lebih dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai air liur (Kusumasari 2012).
Karakteristik saliva
normal dibagi secara fisik dan kimiawi. Karakteristik secara fisik yaitu saat
istirahat terutama pada malam hari, sekresi saliva antara 0.25-0.35 ml/menit;
saat tidak sedang makan saliva tetap ada, namun aliran saliva dalam rongga
mulut sangat sedikit; saliva tetap berada dalam rongga mulut sebanyak 0.5 ml
sehingga gigi akan terendam dalam saliva (resting saliva) dan membantu
mempertahankan integritas gigi, melindungi gigi, lidah, membran mukosa mulut,
dan orofaring; rangsang saraf parasimpatis yang disertai vasodilatasi pada
kelenjar menyebabkan sekresi saliva banyak dan encer. Karakteristik secara
kimiawi yaitu komposisi saliva dibedakan menjadi komponen anorganik dan komponen
organik. Komponen anorganik saliva ialah elektrolit dalam bentuk ion, antara
lain: Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, HCO3-,
dan fosfat. Komponen organik saliva terutama tersusun oleh protein, musin,
ureum, asam lemak, glukosa, asam amino, dan sejumlah kecil lipida. Selain itu,
karakteristik kimiawi saliva ialah saat keadaan normal, pH saliva berkisar
antara 6.8-7.2 (Kusumasari 2012).
Enzim α-Amylase yang
bekerja spesifik di dalam mulut, enzim ini terdapat bersama dengan air liur (saliva),
enzim α-Amylase berperan dalam menghidrolisis karbohidrat kompleks menjadi
gula-gula sederhana terutama yang mengandung pati. Selain itu, α-amilase
pankreatik merupakan enzim yang berperan dalam memotong ikatan α-1.4 glikosida secara acak. Enzim ini akan memotong
maltosa menjadi maltosa (90%), maltotriosa, glukosa dan amilopektin menjadi dekstrin, maltosa dan maltotriosa (Astawan
2009).
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan adalah gelas piala, corong, batang pengaduk, tabung reaksi,
pipet mohr, bulb merah dan hitam, pipet tetes, plat tetes, kaki tiga, kasa,
bunsen
Bahan yang digunakan adalah mangga muda, filtrat air
liur, glass wool, HNO3 10%, AgNO3 2%, HCl 10%, BaCl2,
urea 10%, akuades, pereaksi molibdat khusus, larutan ferosulfat khusus,
piknometer, neraca analitik, indikator fenolftalein, indikator jingga metil,
pereaksi molisch, H2SO4 pekat, NaOH 10%, CuSO4 0.1%,
pereaksi millon, pH indikator, lakmus biru, dan lakmus merah.
Prosedur
Menentukan
bobot jenis. Pertama, disiapkan piknometer yang
bersih dan kering, kemudian piknometer kosong ditimbang dengan neraca analitik
dan dicatat bobotnya. Selanjutnya, dimasukkan filtrat air liur sampai penuh ke dalam
piknometer. Tahap akhir, piknometer yang
telah diisi filtrat air liur ditimbang dan dicatat bobotnya, kemudian bobot
jenis air liur dapat dihitung.
Uji
reaksi dengan lakmus merah, lakmus biru, dan pH indikator.
Pertama, lakmus merah dan biru diletakkan dalam plat tetes, kemudian
ditambahkan air liur ke masing-masing lakmus. Selanjutnya, diamati perubahan
warna yang terjadi dan catat hasilnya. Uji terhadap pH indikator dengan
dimasukkan pH indikator ke dalam filtrat air liur, kemudian dilihat rentang ph
filtrat air liur tersebut.
Uji
reaksi dengan pewarna PP dan MO. Pertama, diteteskan
indikator fenolftalein untuk uji dengan pewarna PP dan jingga metil untuk uji
dengan pewarna MO ke dalam plat tetes. Selanjutnya, diteteskan filtrat air liur
ke dalam masing-masing indikator, kemudian diamati perubahan warna yang terjadi
dan dicatat perubahan warnanya.
Uji
biuret. Filtrat air liur sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml NaOH 10% dan dikocok. Setelah itu,
larutan ditambahkan 1 tetes larutan CuSO4 0.1%. Jika tidak timbul
warna ditambahkan lagi 1 atau 2 tetes CuSO4 sampai timbul warna
violet.
Uji
millon. Filtrat air liur sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 5 tetes pereaksi millon. Setelah itu,
larutan dimasukkan dalam penangas air yang mendidih sampai terjadi perubahan
warna (kuning atau orange).
Uji
molisch. Filtrat air liur sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi molisch. Setelah itu,
larutan ditambahkan H2SO4 sampai terbentuk cinsin ungu.
Uji
klorida. Filtrat air liur sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml HNO3 10%. Setelah itu,
ditambahkan 1 ml AgNO3 2%, kemudian diamati terbentuknya endapan
putih.
Uji
sulfat. Filtrat air liur sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml HCl 10%. Setelah itu, ditambahkan 1 ml
BaCl2, kemudian diamati terbentuknya endapan putih.
Uji
fosfat. Filtrat air liur sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml urea 10%. Setelah itu, ditambahkan 1
ml pereaksi molibdat khusus dan 1 ml larutan ferosulfat khusus, kemudian
diamati terbentuknya warna biru yang semakin pekat.
Uji
musin. Filtrat air liur sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 tetes asam sulfat encer. Setelah itu,
diamati terbentuknya endapan putih yang amorf.
Hasil
Pengamatan
Tabel 1 Hasil pengujian filtrat air liur
dalam menentukan sifat dan susunan air liur
Jenis Uji
|
Hasil Pengamatan (+/-)
|
Perubahan Warna Larutan
|
Bobot
Jenis
|
BJ= 0.9333 gr/ml
|
-
|
Lakmus
Merah
|
Asam
|
Merah - merah
|
Lakmus
Biru
|
Asam
|
Biru – merah
|
pH
Indikator
|
PH 5
|
|
Pewarna
PP
|
Asam
|
Tidak berwarna – tidak berwarna
|
Pewarna
MO
|
Asam
|
Jingga – jingga
|
Uji
Biuret
|
+
|
Tidak berwarna – ungu
|
Uji
Millon
|
+
|
Tidak berwarna – kuning
|
Uji
Molisch
|
+
|
Cincin ungu
|
Uji
Klorida
|
+
|
Keruh – endapan putih
|
Uji
Sulfat
|
-
|
Keruh - bening
|
Jenis Uji
|
Hasil Pengamatan (+/-)
|
Perubahan Warna Larutan
|
Uji
Fosfat
|
+
|
Keruh – hijau seulas
|
Uji
Musin
|
+
|
Keruh – endapan putih
|
Contoh perhitungan bobot jenis air liur:
Gambar
1 Hasil Uji Air Liur dengan (a) lakmus biru (b) lakmus merah (c)
pewarna PP (d) pewarna
MO (e) pH indikator
Gambar 2 Hasil
Uji Air Liur dengan (a) uji biuret (b) uji millon (c) uji
molisch
(d) uji klorida (e) uji sulfat (f) uji fosfat (g) uji musin
Pembahasan
Menentukan
bobot jenis. Hasil penentuan bobot jenis air liur
dihasilkan BJ air liur pada percobaan ialah 0.9333 gr/ml. Hasil tersebut tidak
sesuai dengan literatur atau dapat dikatakan BJ kurang dari 1 gr/ml, seharusnya
lebih dari 1 gr/ml. Saliva merupakan cairan yang lebih kental dibandingkan
dengan air. Bobot jenis saliva lebih besar dibandingkan air yang memiliki bobot
jenis 1 gr/ml (Girindra 1988).
Uji
reaksi dengan lakmus merah dan lakmus biru. Prinsip dari uji
ini ialah jika diuji dengan lakmus merah, warna lakmus akan tetap berwarna merah.
Apabila diuji dengan lakmus biru, akan berubah warna menjadi merah. Berdasarkan
percobaan dengan lakmus merah dan biru, dihasilkan air liur bersifat asam yang
menghasilkan warna merah pada lakmus biru dan merah.
Uji
reaksi dengan pewarna PP, MO, dan pH indikator.
Prinsip dari uji ini ialah PP dan MO digunakan untuk menentukan derajat keasaman
air liur. PP merupakan pereaksi yang tak berwarna pada pH asam, sedangkan MO
merupakan pereaksi yang berwarna orange pada pH asam. Fenolftalein (PP)
memiliki rentang pH 8.0 – 9.3 dengan perubahan warna dari tak berwarna menjadi
merah muda. Sementara itu, metil orange (MO) memiliki rentang pH 3.1 – 4.4
dengan perubahan warna dari merah menjadi kuning atau jingga (Harjadi 1993). Air
liur yang telah ditetesi pereaksi PP dan MO masing-masing menghasilkan tak
berwarna dan warna orange (Girindra 1988). Berdasarkan hasil percobaan
diperoleh pengujian dengan pewarna PP dihasilkan tidak berwarna dan pengujian
dengan pewarna MO dihasilkan berwarna orange atau jingga yang menandakan air
liur tersebut bersifat asam. Selain itu, dilihat dari range pH antara MO yang
berwarna jingga dan PP yang tidak berwarna (4.4 – 8) serta hasil pH indikator
yang menunjukkan pH air liur 5, maka dapat disimpulkan air liur hasil percobaan
dinyatakan bersifat asam. Akan tetapi, seharusnya air liur sedikit asam yaitu
kira-kira pH 6.8, hal ini bisa terjadi mungkin dalam menstimulir produksi air
liur dengan mangga dan belimbing buluh, asam dari mangga maupun belimbing
pembuluh ikut terbawa air liur sehingga air liur bersifat asam.
Uji
biuret. Prinsip dari uji ini ialah reaksi berdasarkan
adanya dua atau lebih ikatan peptida dengan reagensia Biuret memberikan warna
ungu yang artinya reaksi positif (Winarno 1980). Berdasarkan percobaan,
dihasilkan air liur positif terbentuk senyawa kompleks dari rantai peptida yang
ditandai dengan terbentuknya warna ungu. Berikut reaksi uji biuret terhadap air
liur:
Gambar 3 Reaksi
Uji Biuret Air Liur (Winarno 1980)
Uji
millon. Prinsip dari uji ini ialah pembentukan garam merkuri
dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai
molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan
pereaksi millon. Pereaksi millon berisi merkuri dan ion merkuro dalam asam
nitrat dan asam nitrit. Warna yang mengalami perubahan kekuningan merupakan
garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi (Winarno 1980). Berdasarkan
percobaan, dihasilkan air liur positif adanya senyawa tirosin yang ditandai
dengan terbentuknya warna kuning setelah dipanaskan.
Uji
molisch. Prinsip uji Molisch ialah bahan yang mengandung
monosakarida bila direaksikan dengan H2SO4 pekat akan
terhidrolisis membentuk furfural. Furfural ini akan membentuk persenyawaan
dengan naftol ditandai dengan terbentuknya warna violet (cincin). Oleh karena H2SO4
dapat menghidrolisis oligosakarida dan polisakarida (Septorini 2008). Berdasarkan
percobaan, dihasilkan air liur positif mengandung karbohidrat yang ditandai
dengan terbentuknya cincin ungu. Berikut reaksi uji molisch terhadap air liur:
Gambar 4 Reaksi
Uji Molisch Air Liur
Uji
klorida. Prinsip uji ini ialah uji untuk
mendeteksi adanya kandungan ion klorida pada suatu larutan. Hasil uji klorida
menunjukkan terdapat endapan putih yang menunjukkan reaksi positif pada uji ini
(Matjesh 1996). Berdasarkan percobaan, dihasilkan air
liur positif mengandung klorida yang ditandai dengan terbentuknya endapan
putih. HNO3 berfungsi
untuk membuat suasana menjadi asam dan mencegah endapan perak fosfat. Warna putih
keruh disebabkan karena Cl berikatan dengan Ag+ membentuk AgCl
berupa endapan putih (Matjesh 1996).
Uji
sulfat. Prinsip uji ini ialah uji untuk mendeteksi adanya
kandungan ion sulfat pada suatu larutan. Hasil uji sulfat menunjukkan terdapat
endapan putih yang menunjukkan reaksi positif pada uji ini (Matjesh 1996). Berdasarkan
percobaan, dihasilkan air liur negatif mengandung sulfat ditandai dengan hanya
terbentuk warna bening, tetapi tidak terbentuknya endapan putih. Ketidakberadaan
sulfat di dalam air liur, mungkin disebabkan karena pengaruh makanan yang
dikonsumsi pendonor air liur tersebut.
Uji
fosfat. Prinsip uji ini ialah uji untuk
mendeteksi adanya kandungan ion fosfat pada suatu larutan. Hasil uji fosfat
menunjukkan terbentuk warna biru (Matjesh 1996). Berdasarkan
percobaan, dihasilkan air liur positif mengandung fosfat ditandai dengan
terbentuknya warna hijau seulas yang sama seperti warna biru.
Uji
musin. Musin suatu glikoprotein dikeluarkan oleh kelenjar
sublingual dan kelenjar submaksilar, sedangkan ptialin dikeluarkan oleh
kelenjar parotid. Uji Musin yang dilakukan pada air liur dihasilkan reaksi
positif dengan terbentuknya endapan berwarna putih pada dasar tabung reaksi
(Matjesh 1996). Berdasarkan percobaan, dihasilkan air
liur positif mengandung musin ditandai dengan terbentuknya endapan putih.
Analisis
klinis. Berdasarkan hasil percobaan dari berbagai jenis uji,
dapat disimpulkan bahwa air liur pada percobaan bersifat asam (pH 5). pH air
liur yang asam dapat merusak gigi, email gigi yang rusak dapat menyebabkan
kuman masuk ke dalam gigi; sel kanker lebih mudah berkembang jika dalam kondisi
asam yang berlebihan; menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam) dan
jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi
(Kusumasari 2012).
Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan penentuan
sifat dan susunan air liur, diperoleh air liur yang digunakan pada percobaan memiliki
bobot jenis 0.9333 gr/ml; bersifat asam (pH 5); positif mengandung senyawa
tirosin, rantai peptida, klorida, fosfat, dan musin.
Daftar Pustaka
Astawan M. 2009.
Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Girindra
A. 1988. Biokimia I. Jakarta: Gramedia
Kusumasari N.
2012. Pengaruh Larutan Kumur Ekstrak
Siwak (Salvadora persica) Terhadap pH Saliva. Skripsi Sarjana. Fakultas
Kedokteran, Universitas Diponegoro. Semarang.
Matjesh
S. 1996. Kimia Organik II. Jakarta: Depdikbud.
Septorini R.
2008. Perbedaan Kadar Glukosa pada Onggok
yang Dihidrolisis dengan Asam Klorida, Asam Sulfat, dan Asam Oksalat. Karya
Tulis Ilmiah. Program Studi DIII Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah. Semarang.
Winarno
FG. 1980. Pengantar Teknologi Pangan.
Jakarta: PT. Gramedia.
Comments
Post a Comment